"Orang bener pacar gue, gak percaya." Ujar Daniel dikeras keraskan agar mereka mendengarnya.
Farrel yang duduk di dekat Daniel memutar bola matanya. "Kayaknya bener deh Ter, dia perlu psikiater."
"Gue gak gila setan!" Cela Daniel tidak terima ia bahkan menoyor kepala Farrel gemas. Tapi kalimat itu tidak di dengar sama sekali. Farrel malah sedikit bergeser untuk menatap gadis yang sejak tadi terlihat canggung.
"Maafin dia ya seenak jidatnya banget. Kalian bisa balik ke kelas. Kejadian tadi jangan di inget. Oke. Maaf ya sekali lagi" Kata Farrel halus yang sesekali juga menoleh ke arah Riska yang masih cengo.
Kedua gadis itu mengangguk saja. Dan bergerak merapikan diri berniat pergi. "Enak aja ngusir pacar gue, lo badak." Ujar Daniel setelah mencekal tangan Ara yang hampir pergi. "Usaha banget gue biar ketemu sama dia, main usir aja lo." Ucap Daniel bersungut sungut ke arah Farrel.
"Ngomong apa sih lo?" Tanya Farrel jengah. Begitu juga dengan Terra yang sejak tadi hanya diam mengamati.
"Ngomong yang sebenarnya. Dikasih fakta tapi tetep ngeyel gak percaya. Heran gue."
Daniel menarik tangan Ara untuk kembali duduk di sampingnya. Keduanya kini sudah duduk bersampingan dengan Ara yang tetap diam bingung. Sesekali Daniel tersenyum ke arah Ara yang menunduk.
"Ya kan Ra?" Daniel kembali meletakkan tangannya di bahu Ara dengan posesif, yang tentu sangat membuat gadis di dekatnya itu tampak tidak nyaman. Sangat tidak nyaman.
Ara hanya melirik sebentar dan tersenyum canggung, lalu kembali menunduk. Riska pun bingung harus bagaimana, ia memilih memilin jari jemari nya di pangkuannya.
Terra yang menangkap rasa gelisah dari gadis di depannya, jadi merasa tidak nyaman juga. "Lepasin dia Niel." Ujarnya.
"Suka sih boleh tapi jangan ngaku ngaku. Kasian dia." Lanjut Terra.
Daniel membuang nafas lelah. "Gue harus gimana biar kalian percaya kalo dia cewek gue?"
Farrel tampak langsung berfikir. "Kapan kalian jadian?" Tanya Farrel.
"Tanggal 14, bulan lalu." Jawab Daniel santai.
"Bukannya tanggal 13 ya malam itu?" Cicit Ara pada Daniel disebelahnya.
Mendengar ucapan Ara, Daniel langsung tersenyum lebar. Umpannya sudah di makan oleh Ara. "Tuh kan bener. Dia juga hapal." Ujarnya kesenengan.
Ara yang sadar kalau Daniel baru saja menjebaknya langsung gelagapan bingung. Ia menatap Daniel tidak percaya, tapi Daniel malah menaikkan sebelah alisnya menggoda Ara.
"Jadi serius, kalian pacaran?" Tanya Farrel meyakinkan diri, matanya sibuk memperhatikan dua manusia yang ekspresi nya tampak bersebrangan, yang satu sangat gugup yang satunya lagi sangat bangga. Daniel hanya mengangguk pelan dan tersenyum. Lalu melirik lagi pada Ara disampingnya.
"Gue malah pernah tidur sama dia."
Farrel terbatuk batuk kaget mendengarnya, begitupun dengan Terra dan Riska yang bahkan sudah menutup mulutnya yang terbuka saking kagetnya. Ara juga menatap tajam ke arah Daniel setelah bicara hal tidak pantas seperti itu.
Ia menggeleng kuat ke arah Riska yang sudah menatapnya menuntut penjelasan. Berkedip sangat cepat, dan matanya bergerak gelisah saat kedua teman Daniel menatapnya dengan sangat lekat. Karena malu dan bingung bertingkah, Ara akhirnya menyikut perut Daniel pelan kesal, tapi Daniel malah terkekeh.
"Itu.. bukan seperti yang kalian sangka. Daniel.."
"Lo tau nama asli dia?!" Tanya Farrel keras. Ara yang terkejut dengan pertanyaan tiba tiba itu, menoleh ke arah Daniel lalu terdiam dan menunduk.
Daniel yang menyadari kalau Ara sedang tidak baik baik saja, langsung merangkulnya semakin erat. "Gak usah bentak cewek gue, setan." Ujarnya.
"Kita pergi dari sini aja yuk, mereka berisik."
Daniel membawa Ara pergi dari sana, dan anehnya Ara tidak menolak. Ia menurut saja di bawa Daniel meninggalkan Riska yang masih syok di tempatnya. Melihat Daniel pergi Farrel langsung berdiri dan berteriak.
"Mau kemana lo setan! Gue belom selesai ngomong! DANIEL!"
Terra menggosok telinganya yang terasa pengang. Melirik pada teman gadis yang di bawa Daniel, dia masih diam tanpa reaksi melihat ke arah temannya yang pergi. Ekspresi nya lucu, dan tanpa sadar Terra melengkungkan senyum tipis di wajahnya. Kemudian melirik pada Farrel yang masih berdiri dan memanggil Daniel yang sudah menjauh.
"Ikhlasin aja, Daniel normal. Dia gak suka sama lo."
Farrel langsung menjitak kepala Terra yang kurang ajar. "Gue juga normal, anak kudanil."
"Ck, malah ngatain diri sendiri." Ujarnya sinis lalu pergi juga meninggalkan Farrel yang masih misuh misuh.
Farrel menghela nafas. "Wah, temen gue laknat semua." Gerutu nya dengan suara yang terdengar sangat sangat frustasi.
"Lo mau jadi temen gue gak?" Tanya Farrel tiba tiba pada Riska. Gadis itu tersenyum singkat sebagai tanda hormat pada seniornya itu lalu bergegas pergi karena bel pergantian jam sudah berbunyi.
"Sialan."
****
Setelah merayu satpam sekolah, mobil yang Daniel kendarai langsung melesat meninggalkan lingkungan sekolah. Beralasan papa Daniel kecelakaan, bukan mendoakan, tapi akhirnya ia dan Ara bolos sekolah. Meskipun Ara menolak awalnya untuk bolos tapi Daniel tidak suka di tolak. Alhasil keduanya bolos hari ini.
"Kita mau kemana Daniel?" Tanya Ara yang duduk di kursi penumpang.
"Jalan jalan." Jawabnya.
"Kamu kenapa tadi bilang gitu ke temen kamu. Kalo mereka salah paham gimana?"
"Biarin. Emang niatnya."
"Kok gitu? Kalo mereka mikir yang macem macem tentang aku gimana?"
"Gak akan."
"Yakin?"
"Iya."
"Beneran kan?"
Daniel yang sedang fokus menyetir, menghela nafas. "Iya sayang, beneran." Ujarnya dengan lembut. Mencoba sabar pada Ara.
Ara langsung diam mendengarnya. Daniel tersenyum melihat Ara yang sudah tersipu malu di sampingnya.
"Ki..kita mau kemana? Kamu gak niat bawa aku kabur kan?"
"Pengennya."
"Ish kamu tuh." Daniel terkekeh.
"Ikut aja."
Ara mengangguk. Daniel membawa Ara ke sebuah pusat perbelanjaan ternyata. Seragam yang Ara pakai di tutupi oleh jaket yang di pakai Daniel, dan Daniel melepas kemeja seragamnya dan menyisakan kaos hitam didalamnya. Keduanya berjalan masuk, dengan Daniel yang menggandeng Ara mesra. Tidak membiarkan gadis itu pergi dari sisinya.
Tujuan Daniel membawa Ara ke sini adalah untuk bermain. Keduanya menghabiskan waktu untuk bermain game dan bercanda seharian. Benar benar seharian. Tanpa peduli apapun. Kecuali tawa masing masing.
****
Di kejauhan seorang pemuda dengan berbalut jaket hitam kulit terus memperhatikan sepasang muda mudi yang tengah bercanda di sebuah kedai makanan dengan tawa yang begitu ceria. Senyum miring muncul di wajah pemuda itu. Ia merogoh saku celananya dan menelpon seseorang.
"Lanjut ke rencana selanjutnya. Mereka ada di jangkauan. Secepatnya laksanakan. Gue tunggu kabar baiknya." Lalu memutus sambungan telepon. Matanya masih memperhatikan sepasang kekasih itu dengan pandangan jahat.
"Lo gak pantes buat senyum, Daniel. Dia akan jadi milik gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...