Jantung Farrel rasanya terhenti sesaat setelah mendengar semua penjelasan dari lelaki yang baru ia temui hari ini perihal kematian kedua orang tuanya. Tubuhnya membeku dengan isi otaknya yang ruwet dengan pikiran yang mengarah pada semua kemungkinan yang ada.
Bagaimana jika semua yang dia ceritakan adalah kebenaran? Bagaimana kalau orang taunya benar mati di tangan pamannya yang selama ini ia hormati? Bagaimana kalau memang selama ini Farrel hidup dibalik kebohongan dan kebodohannya karena tidak tau? Apa yang akan dia lakukan jika semua hal ini adalah benar? Apa dia bisa membenci pamannya?
Jerome semakin tersenyum puas kala Farrel memutus kontak mata dengannya dan menunduk. Tandanya semua panah beracun itu sudah menembus jantungnya. Mudah sekali.
Ia mundur beberapa langkah untuk menyaksikan lebih jelas kekacauan seorang D. Barack yang hebat hanya karena fakta yang ia bumbui racun itu. "Pikirin sekali lagi, lo bakal tetep mihak keluarga yang bohong sama lo belasan tahun, atau lo bisa ikut gue dan balaskan kematian orang tua lo sama mereka." Senyumnya semakin lebar. "Dan rebut kekuasaan yang harusnya jadi milik lo." Sambungnya.
Farrel diam sebentar dengan nafasnya yang mulai tidak teratur. Haruskah ia memilih saat ini? Apa jika ia putuskan sesuatu sekarang, ia tidak akan menyesalinya nanti?
Satu anak buahnya yang tersisa merasa bingung melihat bosnya yang tampak terguncang, ia bingung bereaksi, apalagi setelah semua kalimat mengejutkan yang dikatakan oleh lawannya itu. Apa memang itu semua faktanya? "Bos.." Ia baru saja akan melangkah mendekati Farrel tapi ia membatu saat ternyata Farrel mengeluarkan hand gun yang ia simpan di saku jaket dan langsung menembaknya.
Tubuh pemuda itu ambruk dengan luka tembak di dada. Farrel menatap nanar tubuh pemuda itu lalu memutar tubuhnya sendiri menghadap Jerome yang tersenyum senang melihat aksi tiba tiba Farrel.
Farrel mengangkat alisnya dan menatap datar. "Lo tau jawabannya." Jerome semakin tersenyum lebar saat akhirnya Farrel mengambil keputusan untuk mengkhianati keluarga yang memang sudah mengkhianati nya terlebih dulu.
"Pilihan bijak."
****
Harris terkulai lemah dengan tubuhnya yang terikat pada sebuah kursi kayu dengan wajahnya yang masih penuh dengan darah. Bahkan ia juga terlihat kesulitan membuka matanya karena luka lebam di alisnya.
Daniel masuk ke ruangan dimana Harris terikat. Sungguh saat ini Daniel benar benar ingin mencincang tubuh di depannya saat ia memikirkan apa yang sudah dia lakukan sebelumnya pada Ara. Bahkan kematian saja rasanya tidak akan bisa adil untuknya.
Daniel meletakkan sebuah kotak perlengkapan bengkel yang ia bawa dan membukanya. Ia memilah benda benda yang ada di sana, dengan sangat gegabah sehingga menimbulkan suara keras dari besi yang beradu.
Karenanya mata Harris yang semula tertutup, perlahan terbuka dan melihat atensi Daniel yang berjongkok dengan aktivitas nya. Merasa korbannya bangun, Daniel menoleh pada Harris yang sedang menyeringai meskipun wajahnya yang sudah hancur. Harusnya ia merasa takut kan saat ini?
Daniel mengambil langkah dengan sombong mendekati Harris yang masih meremehkan nya, dengan tangan kanan yang menentang sebuah gunting besi. "Gue gak akan nanya sama siapa lo kerja, tapi.." Daniel berjongkok semakin dekat di hadapan Harris.
"Lo pasti tau usaha baru yang dijalankan James Park, apa itu?" Tanya Daniel mengulik informasi. Ia mendekatkan gunting besi yang ia bawa pada jari jemari Harris yang berada di atas lengan kursi dengan terikat, matanya yang tidak putus menatap tajam pada lelaki itu.
"Lo kira gue akan bicara?!" Sanggah Harris nyolot.
"Engga. Karna itu, gimana kalo kita main aja." Ujarnya. Awalnya Daniel hanya ingin mengancam Harris saja, tapi rasa dendam padanya membuat Daniel hilang akal. Ia memotong salah satu jari kelingking Harris dengan gerakan cepat dan tanpa di duga.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...