Ara berjalan pelan memasuki area sekolah, dengan pikiran yang mengarah pada kekasihnya yang menghilang begitu saja. Apa Daniel pergi tengah malam? Kenapa dia tidak memberi tau lebih dulu kalau akan pergi? Bukannya semalam semuanya masih baik baik saja? Kemana Daniel pergi?
Pertanyaan seperti itu terus menghiasi kepala Ara sejak ia bangun pagi ini. Ara sudah mengirim pesan pada Daniel tapi belum juga dibalas oleh lelaki itu. Mungkinkah Daniel sedang sibuk akan sesuatu sehingga dia tidak bisa membalas pesan darinya. Batin Ara berusaha positif.
Tapi, sekilas ia ingat kalau dulu Daniel pernah terluka parah lalu tak lama ia menghilang secara tiba tiba tanpa kabar setelahnya. Ia jadi penasaran, Daniel itu siapa sebenarnya? Kenapa dia sampai diserang banyak orang tanpa alasan? Kenapa dia bisa masuk sekolah lagi secara misterius padahal dia tidak pernah bersekolah? Siapa Daniel?
Oh ayolah pada siapa Ara harus bertanya dan mendapat jawaban untuk semua pertanyaan di kepalanya.
"Aduh." Ara mengaduh karena baru saja tubuh kecilnya menabrak seseorang cukup keras sampai ia terjatuh dengan posisi duduk. Entah Ara yang menabraknya atau dia yang menabrak Ara tapi yang jelas Ara jatuh di depan orang itu.
"Kamu gak papa?" Tanya orang itu dengan suara lembut. Ara mendongak setelah menepuk nepuk tangannya yang kotor. Orang itu tampak khawatir bahkan sudah mengulurkan tangannya ke arah Ara. Ara sempat terpesona dengan matanya yang tulus dan hangat, senyumannya yang manis apalagi setelah mendengar suaranya yang lembut.
Setengah sadar Ara meraih tangannya dan dibantu untuk bangun. Kemudian menepuk rok sekolahnya yang berdebu. Lalu melempar senyum pada orang itu.
"Maaf aku gak sengaja nabrak kamu." Ujar Ara penuh rasa bersalah.
Orang itu tersenyum semakin lebar. "Gak apa. Ada yang menggangu mu?< Kamu berjalan sambil melamun."
Ara tersenyum kikuk, lalu menggeleng sekali. "Bukan apa-apa, hanya memikirkan sesuatu yang gak penting. Sekali lagi maaf."
"Aku juga minta maaf. Karena menabrakkan diri padamu, agar kamu tidak melamun lagi. Apa kamu terluka?"
Ara menggeleng, meskipun ia agak terkejut saat orang itu bilang menabrakkan diri padanya. Kenapa? "Tidak." Orang itu hanya tersenyum. Lalu menyodorkan tangannya ke arah Ara. Mata Ara tidak santai melihat uluran tangan itu yang secara tiba tiba begitu saja.
"Aku Harris. Kamu?"
Dengan segera Ara meraih tangan orang yang bernama Harris itu. "Aku Sahara. Panggil aja Ara."
"Nama yang cantik, seperti mu." Tanpa bisa di tahan Ara tersenyum malu mendengarnya. Bisa saja menggombal di pagi hari.
"Baiklah Ara, seperti nya bel masuk sebentar lagi bunyi. Aku harus pergi." Ujarnya setelah melepas jabat tangan dengan Ara.
Tentu Ara mengangguk membenarkan. "Benar. Sekali lagi maaf dan terimakasih Harris."
Harris tersenyum lagi. Ara merasa bisa meleleh seperti es batu yang di panaskan jika terus di senyumi olehnya. "Aku harap kita bisa bertemu lagi." Lalu pergi.
Ara masih memandangi punggung Harris yang mulai menjauh. Ah lelaki itu sangat baik, Ara harap ia akan bertemu dengannya lagi lain kali. Mungkin berteman dengannya akan bagus.
Disisi lain, Harris menoleh ke arah gadis yang baru ia temui meskipun gadis itu sudah menjauh pergi, senyum penuh makna bersemi di wajah Harris. Pertunjukan yang bagus akan segera di mulai.
****
Dengan menatap sekeliling Ara menunggu Riska yang sedang memesan makanan di tempat duduk pilihannya. Lalu tak lama seseorang duduk di hadapan Ara dan tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...