15

26.9K 2.4K 23
                                    

"Gimana? Ketemu?" Tanya Daniel pada Farrel yang sedang fokus pada laptop di hadapannya. Saking fokusnya, jarak wajah dengan layar benda kotak tipis itu tidak sampai 30 cm.

Keduanya ada di salah satu ruangan kesukaan Daniel di mansion milik keluarga Barack yang ada di Indonesia. Minggu lalu ia memberikan tugas penting itu pada Farrel.

"Udah, tapi ada yang aneh Niel." Jawabnya tanpa menoleh sama sekali. Ia menautkan alis merasa heran dengan informasi yang ada di layar laptop nya itu.

"Aneh gimana?"

Farrel memutar laptop nya mengarah pada Daniel. Menunjukan sebuah identitas yang berada memenuhi layar laptop di sana.

"Bener dia?"

Daniel meneliti sebuah foto di sana. Memandangi dengan seksama, dan mencocokkan nya dengan seseorang yang ia lihat malam itu.

"Gue rasa iya. Matanya sama. Bahkan rambutnya juga."

Farrel lagi lagi menautkan alis bahkan sampai mengerutkan dahinya.

"Kenapa?" Tanya Daniel bingung. Farrel tidak pernah gagal dalam mencari informasi tentang seseorang. Dan Daniel juga tidak pernah salah dalam mengenai orang.

"Dia terlalu transparan."

Daniel berdecak keras. "Dia manusia bukan plastik, bodoh."

"Bukan gitu, tapi kasus dia banyak banget. Gak yakin gue dia salah satu orang suruhan James Park."

"Maksudnya?"

"Nih liat." Farrel memutar laptop nya lagi. "Catatan kriminal dia banyak, lo gak curiga. Coba di inget lagi, siapa tau lo salah orang Niel."

"Gue inget banget mukanya. Lu ngeraguin ingetan gue!" Daniel terpancing emosi. Ia merasa Farrel meremehkan nya.

"Enggak gitu Niel, emosian mulu lo kayak cewek. Biasanya kalo emang dia suruhan nya pasti catatan kriminal dia bakal di hapus biar gak ketauan polisi. Nah dia, liat aja catatan dia banyak banget. Gak ngerti gue. Gak mungkin Niel."

Benar. Daniel membaca lagi identitas orang itu. Membaca setiap kata di sana dengan teliti.

Jika dipikir lagi memang agak meragukan tentang orang itu tapi dia salah satu orang yang menyerangnya malam itu. Dia salah satu dari 4 orang yang mengeroyoknya. Kurang bukti apalagi.

Tapi satu yang memang mengganjal Daniel sejak awal. Dia. Orang itu hanya berusaha menyakitinya. Sedangkan ketiga orang yang lain seperti ingin membunuhnya. Sangat berbeda. Daniel hafal betul tentang hal ini, orang itu bahkan memiliki keraguan untuk menyerangnya. Meskipun karena dia, lengan kanan Daniel terluka.

Ah harusnya dia juga Daniel bunuh seperti ketiga temannya malam itu. Maka Daniel tidak perlu repot-repot mencari serangga mengganggu sepertinya.

Tapi kemudian senyum miring muncul di wajah Daniel. Tidak apa ia lolos malam itu. Dia yang mendatangi Daniel sebelumnya. Maka setelah ini Daniel yang akan mendatangi nya. Daniel memikirkan tentang luka yang ia punya, harus ia balas.

Dengan lebih sadis. Supaya menyenangkan.

*****

Ara bergerak cepat menuju lab karena praktikum kimia akan dilakukan. Ara terlambat karena ia dihukum guru bk tentang keterlambatannya hari ini.

Padahal ia sudah berlari sejak dari rumah tapi tetap saja terlambat. Ara akui memang dan ia juga sudah menduganya. Ara bangun tidur 15 menit sebelum bel masuk sekolah. Sedangkan jarak dari rumahnya menuju sekolah biasanya 20 menit perjalanan dengan berlari. Tentu saja ia terlambat. Sangat terlambat malah.

Saking terburu-buru nya, Ara tidak sengaja menabrak seseorang di lorong kelas yang sepi. Padahal banyak tempat kosong tapi bisa bisanya ia menabrak seseorang sampai sebuah buku jatuh dari genggaman orang itu. Dasar ceroboh.

Ara langsung meminta maaf sebanyaknya, dan bergegas mengambil sebuah buku tipis yang jatuh dari tangan orang itu.

Sedangkan orang yang ia tabrak hanya berdiri diam tanpa bergerak atau bicara.

"Maafkan aku." Ujar Ara sambil menyodorkan buku yang ia pungut.

Matanya beradu tatap dengan orang itu. Dia seorang lelaki yang sangat tinggi sampai ia menenggak untuk menatap wajahnya.

Lelaki itu menatapnya biasa. Dengan sebuah earphone putih yang melingkar di lehernya dan beberapa buku di tangannya. Ara tidak mengenalnya.

"Gak apa apa. Terimakasih." Jawabnya. Ia menerima sodoran buku itu. Ia meneliti gadis di depannya. Gadis familiar.

"Sekali lagi aku minta maaf. Dan aku permisi." Ara langsung melangkah dengan cepat kembali menuju lab kimia. Atau ia bisa di marahi gurunya karena sangat terlambat.

Tanpa Ara sadari, orang yang ia tabrak barusan terus memperhatikannya meskipun ia sudah berbelok dan tidak terlihat lagi.

Ia kemudian merogoh saku celananya dan mengambil ponsel. Mencari sebuah nama dan menekan tombol panggilan.

Tak berapa lama telepon itu tersambung.

"Gue ketemu sama target."

****

Di sebuah ruangan yang minim cahaya, seorang pemuda dengan tampang yang penuh kekejaman sedang duduk santai dengan sebuah ponsel di telinganya. Informasi yang baru ia dapatkan sontak membuat senyum licik muncul di wajahnya.

Tentang semua rencana yang ia susun dalam waktu yang lama, satu persatu berhasil. Berjalan lancar sesuai seperti yang ia inginkan.

Dia menyandarkan tubuhnya dengan tenang, senyum di wajahnya tidak hilang sama sekali. Bahkan sebuah kejadian yang akan ia lakukan terbayang di kepalanya. Dan juga kejadian yang pernah ia alami sebelumnya bergantian melintas di otaknya membuat ia semakin menggebu bersemangat untuk melihat satu persatu kejadian yang ia inginkan dapat menjadi tontonan yang menyenangkan.

Tak lama matanya menyorot tajam dengan pandangan lurus seakan dapat mengoyak siapapun yang ia tatap. Giginya gemeletuk keras, wajahnya begitu tegang. Sebuah nama ia ucapkan.

"Daniel."

Ia menggenggam kuat kuat sampai buku buku jarinya memutih. Perasaan marah memuncak memikirkan orang yang sangat ia benci.

Rencananya sudah dimulai hari ini.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang