Senja duduk tenang di bangku ukiran kayu memantau Bunda yang sedang menyiram, memetik, merawat bunga-bunganya. Bercocok tanam menjadi salah satu kegiatan favorit Bunda. Anehnya Bunda selalu memiliki waktu luang, menyempatkan diri.
Beraneka jenis bunga yang ada di kebun ini dari yang sekedar boleh dipegang sampai tangan-tangan mungil Senja tidak boleh menyentuh. Bunga-bunga cantik ini sudah seperti putri kedua Bunda, mereka juga dimandikan sampai tubuh menjadi kinclong, berkilat.
"Bund," panggil Senja sambil mengunyah keripik pisang.
Kakinya selonjoran di atas meja. Mata Senja terus melihat aksi Bunda.
"Apa?" Bunda menjawab singkat tanpa menoleh. Bunda sedang memotong-motong daun layu, warnanya kecokelatan.
"Sebentar lagi Senja lulus kan?" ucapnya bertanya.
Bunda berdeham. "Iya. Lalu?"
Senja menjilat tangannya yang asin. "Senja mau hadiah dari Bunda."
"Kamu mau apa? Baju baru? Tas atau sebuah ponsel canggih keluar-an terbaru?" Bunda menghadiahi Senja banyak pertanyaan.
Senja menurunkan kaki. "Loh," ucapnya ada yang berbeda.
"Bukannya Bunda memperbolehkan Senja punya ponsel nanti saat di SMA?" tanyanya jujur. Bunda pasti lupa atau salah sebut.
Bunda membenarkan, dia menganguk-angguk. "Oh, iya. Bunda pikir kamu akan masuk SMA."
"Jadi, kamu mau apa?" Bunda mengangkat sebuah pot kecil. "Dan mengapa kamu ingatkan Bunda tentang ponsel?"
Wajah Bunda menggoda Senja. "Seharusnya kamu pura-pura aja biar dapat ponsel canggih mumpung Bunda lupa." Nada suara Bunda terdengar menyuruh dia berbohong.
Senja mengeluh dalam hati. "Kalau pun Senja iyain aja ucapan Bunda, tapi sewaktu kita di toko ponsel tiba-tiba Bunda ingat terus nggak jadi beli. Gimana nasib Senja?"
Senja mengangkat tangan, menunggu jawaban Bunda. "Malahan setiap hari Senja akan menagihnya. Bunda juga yang kewalahan."
Bunda menoleh, menyelesaikan kegiatannya. "Hanya dengan alasan itu?"
Senja menggeleng. "Senja sebenarnya mau banget sih punya ponsel, tapi Senja tau kok kalau itu keputusan yang udah Bunda pikirkan baik-baik."
Senja berhenti berbicara lalu melanjutkan. "Bunda kan udah berumur tentu pemikiran Bunda udah dua bahkan tiga kali ke depan dari kepuasan Senja yang hanya sementara."
"Senja bisa mengandalkan komputer yang nggak kalah canggih juga."
Senja memiliki sebuah komputer terbaru keluar-an tahun yang lalu. Bunda membelikan agar Senja tidak kesulitan bolak-balik ke warung internet untuk menyelesaikan tugas sekolah.
"Bunda sedikit tersinggung waktu kamu bilang Bunda udah berumur."
Bunda merajuk padahal Senja tidak bermaksud atau mengejek. Maksud Senja kalau Bunda adalah wanita dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seul, Love & Youth
General FictionSeul, Love & Youth oleh Bila March| Bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Senja Ulanni. Gadis remaja yang menghabiskan masa mudanya bersama orang-orang tersayang. Senja bertemu dengan seorang cowok bernama Duta Langit R, sosok yang memiliki...