Episode 55

155 33 20
                                    

Dari: senjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari: senjanya.langit15@gmail.com

Kepada: langitnya.senja30@gmail.com

Subjek: Week 1

WOI! Tuan muda yang terhormat. Gimana di Amerika enak nggak? Kalau bosan pulang aja. Indonesia menerima kepulanganmu. Sehat-sehat, ya, Langit. Jangan nakal. Bye-bye.

***

Keberangkatan Langit tepat seminggu yang lalu. Dan benar gadis itu menepati ucapannya dengan tidak mengantarkan Langit ke Bandara. Senja tidak datang. Dia malah naik sepeda berkeliling jalan besar. Jajan di pinggir jalan. Ke toko es krim pemberian Langit. Menikmati sore hari. Senja mau melupakan apa yang telah terjadi sejenak. Dan barangkali bisa lihat pesawat Langit dari bawah sambil dadah-dadah.

Sepucuk surat Langit titipkan. Amplop bermotif ungu, gambar dua manusia yang saling menautkan kelingking. Langit bilang kalau dia akan selalu berkomunikasi dengan Senja. Tidak pernah absen. Melalui email. Kalau handphone nanti Senja akan keasyikan sendiri malah melupakan pelajaran sekolah. Dan benar saja tiap minggu Senja mengirim pesan singkat. Macam sekali tingkah yang diceritakan. Menatap layar laptop tak henti-henti. Dia sekali-sekali mengutuk karena perbedaan zona waktu. Akan tetapi Langit membalas juga.

"Tidur Senja. Matikan laptopnya. Mau Bunda campakkan!" Bunda menggedor pintu kamar.

Senja mendelik kaget. Dia terjatuh ke belakang. Suara Bunda sangat melengking.

"Iya bunda, iya. Ini mau tidur." Hanya omongan gadis itu kembali menatap layar laptop. Menopang dagu. Mengedipkan mata karena menahan kantuk.

"SENJA!"

"MATIKAN LAMPUNYA. TIDUR." Bentak Bunda hilang kesabaran.

Senja mendesah. Dia tentu takut. Bunda lagi dalam mode siaga. Bahaya. Dengan cepat dia mematikan laptop. Meloncat ke kasur, tak lupa mematikan lampu. Tangan Senja terangkat ke atas entah apa ulah yang dia perbuat. Bergerak-gerak di udara. Satu menit. Hanya membuat pola-pola abstrak.

"Senja tidur dulu, ya, Langit." Tak lupa dia berdoa. Tersenyum.

***

Pagi kembali. Hari senin. Semester baru telah tiba. Waktu untuk pergi ke sekolah. Kalau ditanya apakah dia baik-baik saja selama seminggu? Tentu tidak. Setiap sore pulang sekolah, gadis bertahi lalat itu nangkring di depan rumah kosong yang tak berpenghuni. Sekitar 10 sampai 15 menit dia bertahan.

Senja juga mengalami demam. Gadis itu sungguh syok tidak bersama Langit. Wajar saja dari kecil mereka bersama apalagi Senja banyak tingkah. Awal mula bertemu hingga sampai besar berteman. Takdir itu tidak main-main. Dan lihatlah sekarang mereka berpisah entah sampai kapan. Tunggu saja semesta akan menunjukkan.

"Bekalnya dua, ya, Bu─"

Senja memajukan bibir. "Langit kan udah nggak di sini. Dia sekolah di Amerika. Sepi, Bun. Nggak ada yang bisa Senja gangguin." Gadis itu menautkan kedua jemari─dagunya berada di atas.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang