Episode 71

165 28 15
                                        

Mereka menggunakan dua mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka menggunakan dua mobil. Noah dengan Senja, sedangkan Ben bersama Langit. Wajah Senja tak henti-hentinya merekah ingin bermain ski, dan dia memang belum pernah karena merupakan hal pertama.

"Happy banget gue lihat."

Senja tersenyum lebar. "Iya dong untuk apa sedih-sedih," jawabnya sambil membuka kaca mobil.

Udara yang dingin juga segar di permukaan kulit. Sekali-kali bibir gadis itu bergetar.

Noah yang ingin menekan tombol power window. "Naikin aja kacanya, beku baru tau rasa lo."

Sebentar lagi mereka akan sampai, Ben yang memimpin perjalanan dengan bantuaan maps juga, takutnya Noah tertinggal jauh di belakang.

Senja berdecak malas. "Jangan! Masih segar gini, biar sehat."

Kepala gadis itu timbul keluar jendela memperhatikan gedung-gedung klasik, orang naik sepeda, dan pejalan kaki.

"Seul," panggil Noah pelan.

"Kenapa?"

"Lo kalau dikasih pilihan mau tinggal di sini atau pulang?"

Senja menjawab, "Pulang. Tempat aku bukan di sini."

Dengan kata lain, pulang yang dimaksudkan Senja adalah rumahnya tidak di di negeri orang melainkan di negerinya. Pun terlalu egois untuk meninggalkan apa yang sudah menjadi kebersamaannya dari kecil hanya untuk menikmati yang baru.

Noah ber─oh ria.

"Kalau memperjuangan tempat yang menjadikan kepulangan gimana?"

Senja menoleh, bingung. "Maksud kamu?"

"Kalau gue minta sesuatu, boleh nggak lo lupakan Langit?" Noah menatap lurus ke depan.

Alis Senja mengkerut ke dalam. "Pertanyaan kamu mengarah kemana, ya?"

Senja tak paham. "Kamu mau aku lupa sama Langit? Gitu maksud kamu?" tanya Senja memperjelas.

Noah mengangguk patah.

"Nggak bisa," jawab Senja terkekeh. "Kecuali aku kecelakaan terus hilang ingatan atau ..."

Gadis itu menganggap ucapan Noah sebagai bentuk ketakutan kalau dia akan sedih.

"Atau aku mati. Aku pasti lupa, nggak ingat. Bahkan semua kenangan yang aku miliki sama Langit," lanjut Senja membuang muka ke samping jendela.

Sekarang saja tidak mudah baginya untuk bersikap biasa.

Noah mendadak ingin tahu. Antara takut kehilangan Senja, atau ingin mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Dengan jawaban Senja, dia juga tidak bisa menjadi sosok pemaksa dan egois. Langit telah hadir sebelum Noah mampir di kehidupan Senja.

"Kalau antara gue sama Langit, lo pilih siapa?"

Senja belum menjawab, lidahnya kelu.

"Maaf, lo nggak perlu jawab."

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang