Episode 33

216 73 70
                                    

DUAR!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUAR!

Langit tersentak. Dia sedang membereskan meja belajarnya. Jam menunjukkan pukul tujuh malam.

"Senja," ucapnya memperingati. Pintu memang terbuka lebar. "Kamu udah makan?" Langit bertanya.

Senja menyengir, "Belum, tapi aku bawa makanan." Dia mengeluarkan beberapa tempat makan warna-warni. "Ayo, makan keburu dingin. Bunda masak cumi goreng pakai saus tiram," katanya. Senja berpindah, dia duduk di lantai.

"Aku ambil minum," kata Langit. Laki-laki itu mengambil tongkat bantunya. Langit mendengarkan perkataan Dokter untuk tidak terus-terusan berada di kursi roda.

Senja tidak menjawab. Dia sibuk membuka tutup makanan, penasaran Bunda memasukkan lauk apa aja. Bunda juga menyiapkan buah, apel. Bunda yang terbaik. Ada nasi yang penuh, cumi goreng dengan tepung, dan sambalnya.

"Cepat lah Tuan Muda," ujar Senja tidak sabaran. Dia telah mengambil beberapa cumi, kriuk sekali.

"Sini minumnya." Senja mengambil tekonya. Langit duduk dengan pelan.

"Tante Evie mana?" Senja bertanya.

Gadis itu membelah nasi menjadi dua. Cumi goreng disendok ke wadah satunya. Lalu, memberikan banyak cumi ke Langit.

"Nah! Untuk Tuan Muda."

Langit melirik Senja. Dia mengambil cumi lalu menaruh di wadah Senja. "Untuk kamu," katanya.

Senja tentu menerima, cumi goreng salah satu kesukaannya.

"Makasih." Kemudian melanjutkan makanan.

Mulutnya penuh dengan cumi. Senja rakus padahal tidak ada yang memintanya. Dia pun terbatuk. "Uhuk! Uhuk." Mengambil segelas air, meneguk kencang.

Langit menepuk-nepuk. "Pelan-pelan makannya, Senja." Tangannya memegang gelas Senja supaya tidak jatuh.

"Habisnya enak banget, Bunda kenapa gak buka restaurant aja, ya?" celetuk Senja.

"Kenapa Bella sekelas sama kamu?"

Langit mengangkat bahu. "Kenapa?"

Senja menggeleng. "Dia pintar di kelas?" Sambil mencolek sambal, mengunyah, cuminya begitu enak.

Langit mengangguk.

"Baik?"

Langit mengangkat bahu.

"Bella cantik?"

Langit mengangguk.

"Cantik?" Senja mengulang kalimatnya sedikit melototkan mata.

Langit juga mengangguk. "Iya," jawabnya.

Senja bertanya perihal dirinya. "Kalau aku? Cantik kan? Kan?" Dia mengedip-ngedipkan mata, muka Senja maju.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang