Episode 10

479 187 18
                                    

Bunda mendekat ke arah Senja yang sedang bersantai di depan televisi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunda mendekat ke arah Senja yang sedang bersantai di depan televisi. Senja hanya melirik sekilas. Namun, mata gadis itu sepenuhnya tertuju kepada Bunda karena Bunda menghalangi tontonan kesukaan Senja.

"Ada apa Bun?" tanya Senja menurunkan kaki yang mengangkat satu.

"Belikan Bunda bahan-bahan dapur."

Senja belum sepenuhnya paham apa yang dimaksudkan Bunda. "Sekarang?"

Bunda menjitak kepalanya. "Ya iyalah sekarang." Dengan suara heboh Bunda menjawab.

"Nanti aja deh, Bun." Senja menggeleng tidak menuruti.

"Senja lagi nonton, tanggung juga." Senja menggeser pelan tubuh Bunda ke samping.

"Kalau gini kan enak, Senja bisa lihat dengan jelas," lanjutnya.

"Kamu enggak mau?" tanya Bunda terkejut.

"Senja," ucap Bunda kembali memanggil.

Senja mengangguk lalu menggeleng. "Mau tapi nanti, ya."

"Bunda perlunya saat ini juga, Senja." Bunda mengelus-ngelus rambut Senja.

Gadis itu menjadi merinding dibuat Bunda. "Ada lebihnya enggak Bun?"

"Ada." Bunda menjawab.

Senja mengangguk cepat. "Okei. Senja gerak ini."

"Lebihnya untuk Senja, ya. Jangan ditagih lagi."

Bunda mengangguk. Senja memicing mata dugaannya tidak enak. "Emang lebihnya berapa Bun?"

"Lima ribu," jawab Bunda menaikkan alis.

Senja mendelik, bernapas panjang. Pantas saja Bunda mengangguk-angguk tanpa beban dan penolakan. "Gak boleh nolak, lho. Kamu sendiri yang udah mau."

"Berdosa juga kalau bantah ucapan Bunda." Bunda kali ini menang.

"Iya, Bunda," jawab Senja dengan gemas.

***

"Eh! Uli." Orang itu, bertubuh besar dan bermata sipit.

Senja melangkah masuk ke toko grosir langganan Bunda sejak dulu. "Biasa Ul?"

Senja mengambil kursi plastik dan duduk di situ. "Iya, Bang."

"Mana catatannya? Gak mungkin asal-asal kuletakkan."

"Bisa merepet nanti Bunda kau," ujarnya.

Senja rasa dia sedikit kerepotan, tangannya penuh dengan kertas-kertas.

"Nih! Jangan lupa diskon, Bang." Gadis dikepang dua itu menyengir lebar.

"Kayak sama siapa aja kau, Ul." Dia menarik pelan kertas kecil Senja yang berisikan bahan-bahan yang sudah habis.

"Pasti kukasih diskon. Gak usah takut."

"Selo aja, Ul." Bang Botak namanya. Semua pelanggan memanggil demikian. Dia tidak botak bahkan rambutnya sangat lebat dengan hitam pekat.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang