Di depan ruang UGD, rumah sakit.
Bunda Ayudia mengalami kecelakaan di kantornya. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Senja mondar-mandir di depan pintu itu, linangan air matanya tak henti-henti keluar.
"Neng, duduk dulu. Tenang." Pak Jarwo berkata lembut.
"Aku nggak bisa tenang, Pak."
Pak Jarwo tidak mengatakan apapun lagi, anak majikan yang sudah dianggap seperti cucunya sendiri itu keras kepala. Dia tidak akan mendengar kalau sudah menjadi keputusannya.
"Apa yang terjadi sama Bunda?"
"Sini, Pak Jarwo kasitahu. Kamu minum dulu." Pria yang sudah berumur itu mengucapkan baik-baik.
Pak Jarwo tidak mau mengundurkan diri lantaran karena kasih sayangnya terhadap Senja padahal umur beliau sudah waktunya untuk bersantai.
"Ibu jatuh dari tangga kantor. Neng tahu kan ibu kalau udah kerjakan sesuatu itu sangat detil─apa namanya Neng?" Pria yang sudah ada rambut putih itu tertawa sebentar.
Senja menjawab, "Detail." Mukanya tetap masam dan sembab.
"Ibu nggak lihat-lihat langkahan kakinya. Jadi, jatuh. Kepala ibu berdarah, dan Alhamdulillah pegawai sana cepat bawa ke rumah sakit. Satu lagi untung pak Jarwo masih ada di parkiran."
"Neng berdoa. Ibu akan baik-baik aja."
Pak Jarwo menepuk pelan kepala Senja. Gadis itu makin terisak keras. Bunda sangat kerja keras, dari kecil, Bunda yang merawat Senja sendiri tanpa seorang Ayah. Bunda yang banting tulang untuk kehidupan Senja.
"Aku ta─takut," ucapnya bergetar. "Aku nggak mau terjadi sesuatu sama Bunda." Gadis itu menunduk.
Bayangan ketika dia selalu nakal sama Bunda, berbicara dengan nada tinggi, berbohong bahkan sewaktu membuat keputusan yang seharusnya Senja bicarakan.
"Darahnya banyak nggak, Pak?" Senja mengelap lelehan yang keluar dari hidungnya.
Pak Jarwo mengangguk singkat. Tidak berbicara banyak. Pria itu tidak mengatakan hal lebih kalau bunda Ayudia cukup membentur lantai─terguling. Bayangkan dari anak tangga paling atas sampai lantai dasar.
Senja semakin terisak. Gadis itu pandai sekali menutupi kesedihannya. Dia tak menangis kuat─meraung. Setelah itu tak ada pembicaraan. Pak Jarwo keluar sebentar membeli makanan untuk Senja.
Senja menatap sepasang sepatunya. "Bunda jangan kenapa-kenapa, Senja sama siapa lagi kalau Bunda tinggalin Senja." Tangannya mengerat di sisi kursi. Dadanya sesak sekali membayangkan itu terjadi. Dia tidak akan sanggup menghadapi dunia.
"Senja pusing, Bun. Senja nggak suka tiba-tiba kayak gini." Dia menutup mukanya dengan tas─meredam isak tangis. Sebelum dia tertidur, gadis dengan penampilan kacau itu sempat membuka emailnya. Langit tidak kunjung membalas.
***
"Neng pulang dulu ayo. Beres-beres, Neng mandi biar badannya enak." Pak Jarwo menghampiri Senja yang tengah duduk di samping brankar.
Bunda harus melakukan operasi di kepala karena ada beberapa saraf yang memiliki cedera otak ringan. Kini hari sudah malam, dari siang hari gadis itu masih memakai seragam sekolah sampai menunggu Bunda keluar dari ruang operasi dan dipindahkan ke ruang inap.
"Siapa yang jaga Bunda?" Suara Senja begitu serak. Bunda belum sadarkan diri.
"Ada perawat tadi Pak Jarwo udah minta tolong ke mereka untuk jaga Ibu sebentar." Pria tua itu juga tidak mengenal lelah. Dengan hati tulus tetap melakukan pekerjaan dengan baik.
"Ini tasnya udah sama Pak Jarwo. Kalau Neng sedih terus nggak mau makan, Ibu yang bakalan sedih." Pak Jarwo menyentuh lengan Senja berharap dia mendengarkan.
Senja mengangguk lemah. "Senja pulang sebentar, ya, Bun." Sambil melepas genggaman tangannya. "Ayo, Pak."
"Aku kemari nanti sendiri aja. Pak Jarwo istirahat di rumah."
"Pak Jarwo antar Neng, udah malam nggak baik anak gadis pergi sendiri." Mereka berjalan di lorong rumah sakit. Sepi. Hanya beberapa kerabat yang duduk di kursi tunggu. Pun untuk menembus obat.
"Aku pernah ke rumah sakit ini, Pak."
"Neng sakit? Pak Jarwo kok nggak tahu?"
"Nggak kok, waktu itu aku nemani Langit konsultasi sama Dokternya." Senja menjawab, nada bicaranya mengharapkan kalau Langit berada di sini. Memberinya kekuatan.
"Aku kuat, kamu bisa Senja," gumamnya pelan. Setelah sampai di parkiran, mengambil mobil─Senja segera naik karena dia menunggu di depan halaman masuk rumah sakit.
"Kalau teman-teman aku telpon atau tanya pak Jarwo tentang Bunda, jangan kasitahu, ya, Pak," ucapnya pelan. Siapa pun yang melihat keadaan Senja sekarang pasti tidak akan tega. "Nanti takutnya mereka jadi kepikiran," lanjut Senja tertawa hambar.
Pak Jarwo mengangguk.
"Makasih, ya, Pak."
"Sampai rumah kamu istirahat sebentar, ya. Pak Jarwo udah telpon bibi untuk masakin makanan buat kamu dan ibu. Ini juga masih jam delapan malam."
"Kalau Neng melawan, bapak kasitahu ke teman-teman biar mereka aja yang nyuruh neng makan."
Senja menghembuskan napas kasar. "Iya, Pak."
Malam ini sangat ramai padat akan kendaraan. Cuacanya juga bagus. Lampu-lampu jalanan kota kerlap-kerlip─membawa cahaya. Tiap orang sedang berusaha keras menutupi kesedihan mereka yang terjadi mungkin karena kemarin, hari ini boleh jadi menguatkan hati untuk ke depannya.
Senja teringat akan sesuatu, dia memeriksa ponsel lalu membuka aplikasi e-mail. Mengecek dengan teliti alih-alih memang Langit tidak kunjung membalas. Kalau dihitung hari sudah cukup lama pemuda di Amerika itu hilang kabar. Senja tidak minta macam-macam, dia hanya mau tahu kabar Langit selebih itu bukan urusan Senja. Pesan terakhir yang dia kirimkan perihal Bunda kecelakaan.
Email (1):
Dari: senjanya.langit15@gmail.com
Kepada: langitnya.senja30@gmail.com
Subjek: -
Langit? Kamu baik-baik aja kan? Kabar aku baik kok. Mia, Noah dan kak Reno mereka selalu ada di samping aku. Akhirnya aku bertemu sama teman-teman yang kayak aku harapkan.
Email (2):
Dari: senjanya.langit15@gmail.com
Kepada: langitnya.senja30@gmail.com
Subjek: -
Kamu sibuk banget ya? Sekolah di sana gimana? Jangan nakal, ya. Kamu pasti paling pintar di sana.
Email (3):
Dari: senjanya.langit15@gmail.com
Kepada: langitnya.senja30@gmail.com
Subjek: -
Aku minta maaf, ya, Langit. Aku ganggu kamu, jangan capek-capek.
Email (4):
Dari: senjanya.langit15@gmail.com
Kepada: langitnya.senja30@gmail.com
Subjek: -
Langit, Bunda kecelakaan.
***
#ObrolanSingkat
KAMU SEDANG MEMBACA
Seul, Love & Youth
Fiksi UmumSeul, Love & Youth oleh Bila March| Bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Senja Ulanni. Gadis remaja yang menghabiskan masa mudanya bersama orang-orang tersayang. Senja bertemu dengan seorang cowok bernama Duta Langit R, sosok yang memiliki...