Keesokan harinya. Senja harus bersekolah karena sudah dua hari dia izin tidak hadir, tugas kian menumpuk. Kesadaran Bunda juga belum kembali. Dokter sangat menyarankan Bunda untuk tidak bekerja beberapa waktu lama. Gadis penyuka matcha itu melalui masa-masa yang sulit. Senja tidak memperhatikan kesehatan dirinya sendiri.
"Muka lo kayak vampire," kata teman Senja yang tampak melihat dirinya memasuki kelas.
"Mau aku gigit?" Senja membalas memperlihatkan deretan giginya. "Emang pucat banget?" tanyanya memastikan. Gadis itu berlari ke sudut kiri kelas─bercermin.
"Ya, imbang ayah Agra," jawabnya masih memperjelas wajah gadis itu.
"Gue ada roti mau? Belum makan lo ya?"
Senja menepuk-nepuk pipinya. Kepalanya memang pusing. Mata pun sangat lelah terasa berat. Kemudian, dia menoleh. "Makasih, aku udah sarapan kok."
"Oke."
Senja menuju tempat duduk sambil mengeluarkan buku-buku yang diperlukan. Dia membuka catatan khusus─jadwal tugas dan roster. Gadis kucir kuda itu menghela napas berat baru saja tidak hadir selama dua hari tugas yang harus dikumpulkan sudah menggunung.
"Matematika besok deadlinenya," ucap Senja membuat garis warna di sana. "Mau masuk universitas mana, ya?" Tangannya menopang dagu.
"Nilai mate aja merah. Kenapa otak aku nggak nyampai kalau hitung-hitungan?" desis Senja membolak-balikkan buku. Tak sengaja dia menemukan sebuah kalimat di pertengahan.
Semangat, Senja (Langitnya Senja)
"Mau disemangatin pun kalau lagi malas, ya, malas." Senja menutup bukunya kasar. Dia sudah seperti seorang yang kelilit hutang. Banyak pikiran. Bunda yang tak kunjung sadar dan Langit entah bagaimana kabarnya.
"Kenapa sulit sekali sih hidup ini?"
"Namanya juga kehidupan nggak se─sederhana yang kita pikirkan," celetuk Noah dari belakang. Dia baru datang dengan santai melempar tas dari jauh.
"Gue pulang ke sekolah mau ke rumah sakit."
"Siapa sakit?"
"Nengok tante Ayudia dong," jawabnya. Noah menyodorkan bekal, tangannya terulur dari belakang. "Nggak boleh nolak, rezeki. PAMALI!"
Senja berdecak tanpa protes. "Thank you my BFF." Gadis itu membuka kotak bekal yang Noah berikan dan tersenyum lebar kala melihat nasi uduk di seberang sekolah.
"What BFF?"
"Best Friend Forever." Senja memutar tubuh ke belakang. "Makasih, ya, Noah," ucapnya tersenyum manis. Noah mengangguk tipis. Entahlah dia tidak mau sekedar menjadi teman.
"Seul!"
"Itu om gue ada marah-marah ke lo nggak?" Noah menatap gadis yang tengah asyik menikmati gurihnya nasi uduk itu. Senja sampai menggeliat karena enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seul, Love & Youth
General FictionSeul, Love & Youth oleh Bila March| Bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Senja Ulanni. Gadis remaja yang menghabiskan masa mudanya bersama orang-orang tersayang. Senja bertemu dengan seorang cowok bernama Duta Langit R, sosok yang memiliki...