Episode 66

116 29 6
                                    

5 tahun kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5 tahun kemudian.

Waktu yang sangat singkat. Roda kehidupan terus berputar, berusaha untuk melupakan yang telah lalu─menatap ke depan. Akan kah yang lalu memang benar sudah terlupakan? Waktu memang terus berjalan. Namun, kenangan tetap akan selalu menjadi yang terindah. Bukan. Menjadi terindah jika dipilah sedemikian rupa.

"Nice work."

"Thank you," jawab singkat laki-laki berumur 22 tahun.

Pemuda gagah dan tampan itu tampaknya hidup dengan baik. Tak menampilkan kesedihan yang begitu lama. Pun telah menjadi orang yang sukses─seorang scientist.

"Duta! Good luck, Man." Sapa salah satu rekan penelitiannya.

Pemuda tersebut adalah Duta Langit R. Sosok yang telah memutuskan pindah ke negara sang Mama.

Langit menganguk sekilas, tersenyum tipis. Laki-laki yang mengenakan setelan jaket putih khusus pada team penelitian itu tersenyum bangga. Tentu saja. Pemuda itu menjadi kandidat utama bergabung dalam kompetisi ilmu pengetahuan.

"Langsung pulang?"

"Ya," jawabnya sambil mengenakan jaket.

Di luar sana cuaca sangat dingin. Sambil merapikan berkas-berkas. Malam yang begitu melelahkan. Mungkin kalau dihitung-hitung dia sangat kekurangan tidur. Fokusnya diarahkan kepada penelitian itu.

"Gue bareng. Takut udah malam."

"Oke."

Mereka sampai di parkiran. "Mobil baru lo?" tanyanya menatap takjub Porsche 911 berwarna Jet Black Metallic.

Namanya Ben. Dia termasuk teman Langit yang cukup dekat dan tidak banyak mau akan kehidupan Langit yang memiliki privilege yang mana hampir seluruh kampus ketahui.

"Mobil lama baru gue pakai." Langit terkekeh. Dia melempar kunci mobil─Ben menangkap dengan tepat.

"Gue yang bawa Tuan Muda," katanya yang tahu maksud dari Langit.

"Tuan Muda," gumam Langit mengingat sesuatu. Sudah lama tidak mendengar kata itu.

"Jangan manggil gue Tuan Muda."

Ben mengangkat tangan tidak protes dan bertanya. "Eh! Gue minta tolong sama lo kalau─" kalimatnya terhenti karena Langit sudah tahu arah percakapan temannya.

"Pakai aja. Gue juga besok harus ke kampus." Langit merebahkan kepala di sandaran mobil sambil melihat ke luar. Jalanan sepi. Udara semakin dingin. Hanya beberapa pengendara yang melaju tenang.

"Wih, Bro! Makin sayang gue sama lo." Ben memukul bahu Langit pelan. Dia meminjam mobil dengan alasan kalau mobil Langit begitu keren dan mewah. Tujuan yang tak lain adalah mendekati perempuan. Ben termasuk salah satu yang memiliki hobi berpacaran.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang