Episode 40

207 45 74
                                    

Aktivitas berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aktivitas berjalan seperti biasa. Rutinitas sehari-hari. Bangun pagi dan pergi ke sekolah. Langit dan Senja telah selesai perang dinginnya. Jujurnya, mereka tidak bisa saling menjauh─diam-diaman.

"Kamu benaran ikut olimpiade?"

Langit mengangguk pasrah. "Udah seribu kali kamu nanyak gitu, Senja." Kemudian mengeluarkan catatan kecil dan menggoreskan tinta di sana.

"Kamu emang harus ikut sih, otak kamu brilian. Jadi, jangan di sia-siakan." Senja menyandarkan tubuhnya.

Syukurlah, Langit tidak menolak kesempatan emas itu. Langit hebat dalam urusan angka-angka. Dia cerdas, tapi Langit seolah menutupinya dari orang-orang sekitar. Pun gadis itu tahu kalau dia menahan untuk tidak mengikuti kegiatan apapun karena kakinya atau Ferry, semenjak Senja mengetahui sikapnya pasti Ferry akan menentang.

"Papa kamu ada jahatin, Langit?" Senja bertanya.

"Gak ada. Papa pergi," jawabnya. "Makasih Senja karena kamu Papa udah berhenti nyakitin aku," lanjutnya tersenyum lebar.

Manis sekali.

"Kamu tau hal yang paling aku takutkan di dunia?" Senja menatap keluar. Suaranya tenang.

"Aku takut sama takdir, yah, takdir yang nggak sesuai dengan harapanku. Aku tau takdir Tuhan gak pernah salah dan selalu terbaik." Air matanya keluar. Entahlah. Ada yang berbeda.

"Tapi, Langit untuk menyiapkan semua hal itu tiba, aku butuh energi yang besar. Aku butuh keiklasan, takdir. Aku harus siap atas segala yang terjadi." Senja menghapus air matanya cepat. Lalu dia tersenyum.

Langit menatap matanya. "Kamu mau buat takdir yang indah sama aku, Senja?"

Senja melongo. Maksudnya apa?

***

Kelas pada ramai. Setelah beberapa pengurus osis berkunjung menyampaikan beberapa pengumuman yaitu acara sekolah. Sibuk berbicara penampilan apa yang akan dipersembahkan. Umumnya, bernyanyi, drama pendek, membaca puisi, musik. Pun penampilan dalam piano menjadi salah satu penampilan yang ditunggu-tunggu.

"Mia supaya kita cepat lari gimana?"

"Ya, cepat larinya. Jangan lama-lama." Mia menjawab.

Dia asyik berdemokrasi dengan teman sekelas. Mengangkat tangan memberi saran, tapi tidak mau ikut berpartisipasi. Beda lagi dengan yang ribut membuat masalah dan tidak ada kontribusinya di kelas. Tidak jauh-jauh menjadi buronan se─isi kelas.

Senja menyipitkan mata sebal. Jawaban yang tidak memuaskan. "Maksud aku Mia─"

"Aku setuju! Kalau untuk penampilan piano biar Senja aja." Mia mengambil kalimatnya. Dia berteriak kuat. Tangannya teracung tinggi-tinggi.

Senja membuka kedua tangan. Mia? Yang benar aja. Teman-teman kelasnya pun berseru setuju. Semua memperhatikan dirinya, mata-mata penuh harap yang mereka perlihatkan.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang