Episode 2

894 297 220
                                    

Rumah yang mempunyai satu lantai itu ketika pagi hari selalu dipenuhi dengan teriakan gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah yang mempunyai satu lantai itu ketika pagi hari selalu dipenuhi dengan teriakan gadis yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Anak dari Ayudia, sosok wanita tangguh yang membesarkan Senja dengan sendiri.

"Bun," panggil Senja sambil menuruni anak tangga.

Senja sedikit menaikkan oktaf suaranya. "Bunda, oh, Bunda!"

Setiap pagi tidak pernah terlepas dari jeritan Senja. Mau itu kehilangan barang, boleh jadi lama bangun. Pun tidak segera turun untuk sarapan.

"Bunda Ayudia." Matanya melirik ke sana kemari. "Bunda kemana, ya?" Kaki Senja juga melangkah ke tempat biasa Bunda berada.

"Nyari apa, Neng?" tanya Pak Jarwo yang sedang mengambil makanan kucing.

"Bunda kemana, Pak?" Senja balik bertanya, menoleh ke Pak Jarwo. "Kaos kaki aku hilang sebelah," lanjutnya.

"Ibu lagi keluar sebentar." Pak Jarwo melihat kaki Senja yang satunya memakai kaos kaki dan satu lagi telanjang bebas. "Pakai yang lain aja, Neng. Kaos kaki Neng pasti banyak kan?" tanya Pak Jarwo sambil meletak piring berisi makanan kucing ke sudut pintu.

Senja mendesah kesal. "Yah, kalau ada pun aku gak manggil-manggil Bunda, Pak."

"Ada sih tapi bolong di ujungnya," kekeh Senja mengingatnya. "Kasihan nanti kaki aku kedinginan, masuk angin pula terus Bunda marah, deh."

"Gimana sih Pak Jarwo Sopo Adit," ucap Senja menggoda. "Gak usah pakai kaos kaki aja deh, ya, kan Pak?"

Pak Jarwo tampak geleng-geleng kepala selalu heran dengan tingkah baru anak majikannya. "Terserah Neng. Bapak mau mengeluarkan mobil dulu."

"Jangan lama-lama sarapannya, Neng."

Senja memanggil Pak Jarwo. Dia berhenti berjalan. "Pak, aku punya ide."

Senja mendekat ke arahnya lalu membisikkan sesuatu.

"Tapi, Neng," kata Pak Jarwo tidak memperbolehkan.

"Ayo dong, Pak. Boleh, ya, boleh, boleh." Senja membujuk Pak Jarwo, memegang lengannya. Pak Jarwo terlihat tidak tega menolak Senja. Gadis dengan setelan seragam sekolah merah putih itu tampak senang hati.

"Yaudah, boleh. Ingat, ya, Neng. Jangan buat macam-macam." Muka Pak Jarwo dibuat serius. "Kasihan Ibu nanti khawatir sama Neng."

"Pasti," jawab Senja dengan cepat. Senja menyalami beliau karena jujur Senja sayang sama Pak Jarwo. Telah menganggap seperti kakek Senja.

"Makasih Pak Jarwo yang ganteng tapi udah keriput." Senja langsung menuju ke kamar atas untuk bersiap-siap.

Dua puluh menit kemudian, setelah Senja lihat Bunda menutup pintu dan mengunci pagar. Bunda menyetir mobil dengan Senja di kursi belakang. Namun, bersembunyi─tidak diketahui. Mobil melaju di jalanan, tidak macet. Pun jalanan licin.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang