Episode 20

399 174 76
                                    

"BANGUN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BANGUN!"

Ferry mengguncang-guncang badan Langit. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia sudah tertidur setelah minum obat. Ketika pulang, Bibi dan Evie merasa ada yang berbeda, Langit terus mengembangkan senyuman.

"DUTA! BANGUN." Ferry membentak.

Langit belum terbangun. Ferry mengambil ikat pinggang. Dia memukul kaki Langit berkali-kali. Langit terduduk, napasnya tersengal. Dia bahkan belum sepenuhnya tersadar.

"Bagus! Papa mau hukum kamu." Ferry menyeringai.

Lampu kamarnya kembali menyala terang. Mata Langit belum terbuka. Ferry menyibak selimutnya.

"Kemana kamu seharian?"

Langit memejamkan mata sebentar. Matanya masih berkunang-kunang. Dia melihat ke Ferry.

"Sekolah, Pa."

"Berani bohong kamu, ya, Duta." Ferry melibaskan sekali kaki Langit.

"Kemana? HAH? Jawab Duta."

Langit diam. Dia melirik jam di dinding. Ferry pulang hanya untuk hal ini. Ferry meremas jari, siap melibas ke kaki Langit. Tidak ampun baginya sampai Langit berbicara jujur.

"Gak mau jawab? Rasain ini. Jangan coba-coba sembunyikan sesuatu dari Papa." Suara ikat pinggang beradu, kaki Langit menjadi sasarannya.

Cetak cetak cetak

"PA! Cukup. Sakit, Pa. Kaki aku sakit. Aku mohon," kata Langit menahan tangan Ferry mencambuknya lagi.

Ferry menepis kuat, Langit terjatuh ke lantai yang dingin.

Langit menelan ludah, begitu sakit. Mengapa penderitaannya tidak pernah selesai? Tiap pukulan Ferry membekas di ingatannya.

"Atau perlu Senja yang ngomong jujur?" Ferry bertanya.

Tangannya tentu tidak diam, dia terus memukul, berbekas dimana-mana. Apakah Ferry tidak melihat wajah Langit yang menahan sakit?

Langit mendongak, kilat tajam matanya menghunus Ferry. "Kenapa Papa bawa-bawa Senja? Dia sama sekali gak ada hubungannya dengan ini semua."

"Oh ya? Ke toko Buku? Sampai sore gak ke sekolah."

"Pacaran kalian? Jangan buat semaumu. Ingat! Kamu lumpuh, menyusahkan orang. Udah untung kamu Papa sekolahkan di tempat umum," kata Ferry menarik tangan Langit.

"Kapan Papa berhenti siksa aku?"

Air matanya mengalir. Dia menghapus cepat. Langit tidak mau terlihat lemah. Langit ingin melawan, melindungi tapi justru kenyataan merampas, fisiknya yang terlalu lemah. Untuk berdiri saja, dia tidak dapat bertahan dalam sepuluh menit.

"Sampai kamu sembuh! Sembuh dan sembuh!"

Ferry menyeret, menarik tangan Langit. Tubuhnya terseok-seok di belakang. Langit tak berdaya. Dia sudah berusaha, menahan, tapi tetap kekuatan Ferry lebih kuat.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang