Episode 64

100 25 6
                                    

Sejak Langit memberi balasan email, Senja pun tak mencari tahu kabar laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak Langit memberi balasan email, Senja pun tak mencari tahu kabar laki-laki itu. Senja tidak mempertanyakan alasan bahkan sekedar mengirim pesan. Dia menjadi gadis pendiam─berputar kepada kehidupannya.

"Nja."

"SENJA!" Mia memanggil.

Senja mengedipkan mata sadar. "Kenapa?"

"Melamun terus. Kamu mau masuk universitas mana?"

"Belum tau," jawabnya.

Mereka sudah berada di kelas tiga. Semua teman-teman kelas sudah siap melaksanakan ujian akhir, mempersiapkan perencanaan yang matang untuk memutuskan apakah melanjutkan ke bangku kuliah, bekerja, atau memulai bisnis.

"Kamu masih muda lho, impian kamu keren mau jadi pianis handal." Mia membawa tangan Senja ke pahanya. Kedua perempuan tengah berada di taman sekolah.

"Yang lalu biarlah berlalu, masa depan kamu sedang menunggu, Senja akan bersinar kembali." Mia tersenyum lebar. "Kamu pernah bilang kalau kamu nggak percaya dengan janji, tapi aku pastikan aku akan nggak pernah ninggalin kamu."

"Aku mau lanjut kuliah di luar kota." Mia memberitahu tentang keputusannya. Dia memilih melanjutkan studi di luar kota. Hampir berhari-hari gadis itu berpikir keras apakah dia mengambil pilihan yang tepat.

"Serius?"

"Iya, Nja. Kamu tetap jadi teman aku kan? Teman terbaik?"

Senja mengangguk. "Mi, kalau di pikir-pikir semuanya akan berjalan dengan cepat, dan tiap orang akan menemukan jalannya entah berujung seperti apa, mereka berusaha untuk menyelesaikannya."

"Ternyata aku tau menjadi dewasa itu nggak enak. Pahit. Hampir semua apa yang mau kita utarakan malah kita pendam, lebih memilih untuk bungkam."

Senja menghela napas. Mata memandang ke depan. "Orang-orang yang bilang kalau semuanya akan baik-baik aja sebenarnya dia adalah manusia yang paling takut untuk menghadapi masalah ke depannya."

"Kamu tau Mi?"

"Seharusnya diri aku bilang kalau apa pun masalah yang akan datang aku harus bisa mengatasinya dan situ lah semuanya akan baik-baik aja."

Mia mengangguk setuju. "Banyak banget hal yang aku dapat di masa-masa remaja aku, Nja. Kalau mau sesuatu bukan berarti harus kita miliki."

"Satu lagi, Mi. Usaha dan pengorbanan yang kita kerjakan belum tentu berpihak kepada kita. Kenapa? Karena untuk melatih kita dengan hal-hal yang keren di kemudian hari."

"Apa impian kamu Nja?"

"Mm ... mau bahagia?" Senja menjawab tertawa. Gadis itu bergerak tegak─menepuk rok. "Impian aku? Di saat aku bisa bilang kalau aku benar-benar udah bahagia."

"Tapi janji dong, Nja. Dimana pun kamu, kamu harus kasitahu kabar nanti telponan. Kalau weekend kita jumpa."

Senja mengangkat jempol. "Ayo, ke kelas!"

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang