Episode 65

136 31 11
                                    

"Bun," panggil Senja dari balik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bun," panggil Senja dari balik pintu.

Siapa sangka apa yang tidak mau gadis itu dengarkan kini dia sudah tau kebenarannya. Bunda tampak lelah. Punggungnya merosot─hilang kata-kata.

"Senja," kata Bunda mengalihkan kepada putrinya.

Senja baru saja pulang dari les piano. Di samping dia mengikuti kegiatan piano di sekolah, Senja pun membekali kemampuan dengan menyewa guru piano.

"Kamu sudah dengar semuanya?" Bunda memijit pelipis.

Sejak peristiwa Bunda jatuh dari tangga tampaknya ada yang aneh, tapi Senja belum tahu akan itu. Dia tak yakin.

Senja mengangguk perlahan. Tas di punggung semakin dia eratkan. "Senja harus apa Bun?" Tak bergerak sama sekali dari ujung pintu. Matanya mulai berair. Serapuh itu dirinya sekarang.

"Kemari kamu." Bunda menggerakkan tangan menyuruh mendekat.

Mungkin semesta harus memberitahu Senja, dan dia yakin tidak ada yang namanya kebetulan semua adalah takdir. Toko utama dan beberapa cabang kue Bunda mendapatkan masalah besar. Salah satu pegawai mungkin bersama yang lain melarikan uang toko, mereka seperti kerja sama. Pun Bunda terkecoh.

Senja mengindahkan perkataan Bunda. Dia tetap bergeming di tempat. "Kenapa Bunda nggak cerita sama Senja? Kalau Senja nggak dengar pembicaraan pasti Bunda diam aja." Sambil menghapus titik air mata.

"Bunda."

"Senja itu anak Bunda. Senja punya Bunda dan Bunda punya Senja." Senja mulai terisak.

"Kita cuma berdua Bunda. Senja juga udah besar, bukannya masalah orang-orang dewasa kayak gini? Berat? Sampai-sampai berani bohong, nyakitin hati orang lain," lanjutnya.

Bunda menatap nanar Senja. Putrinya meluapkan isi hati. Dan Ayudia tidak bermaksud demikian. Selama dia masih bisa menutupi semua kepahitan, Ayudia akan melakukan.

"Se─senja sudah putuskan kalau akan berhenti les piano," katanya sekali tarikan.

"Uang jajan Senja juga Bunda potong aja. Dan tabungan Senja─" Kalimatnya berhenti. Uang yang selalu dia sisihkan dari kecil, gadis itu ingin sekali melihat salju. Menabung dan berharap suatu saat bisa pergi ke negara yang memiliki musim salju.

"Dengarkan Bunda, Senja."

"Bunda bisa pakai uang tabungan Senja."

Senja mengangguk yakin. "Senja mau ke kamar, nilai Senja jelek harus belajar."

Gadis itu berbalik badan, berlari ke lantai atas. Tak sanggup akan seperti ini. Apa yang harus dia lakukan? Kepalanya pusing. Jika seperti ini dewasa yang dimaksud berpura-pura tidak ada yang terjadi dan menyakiti diri sendiri. Senja belum sanggup.

Tok tok tok

"Jangan lupa makan Senja." Bunda mengingatkan. Kalau tidak Senja sudah pasti tidak mau keluar kamar merasa segan dengan Ayudia.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang