Episode 12

372 177 24
                                    

Kemarin, selepas menjadi guide khususnya Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemarin, selepas menjadi guide khususnya Langit. Mengenalkan semua bagian sekolah, tiap sudut koridor, empat kantin yang tersedia, posisi ruang kepala sekolah, tempat guru berkumpul, ruangan olahraga, kolam berenang yang begitu luas, bahkan sampai menuju gudang di paling sudut bangunan ini. Beragam ekspresi yang diperlihatkan laki-laki berkarisma menawan itu, Senja mengakui Langit semakin tampan dengan mimik yang berubah-ubah.

Mengapa sekolahnya begitu luas? Apa semua murid di sini selalu senang kalau berangkat sekolah? Atau apa juga memiliki kebun binatang?

Langit berubah menjadi sosok yang begitu cerewet. Untuk kemarin, tidak ada lagi Langit yang tertutup, penuh misteri. Niat Senja semakin kokoh, mendekat ke dirinya perlahan. Mencoba memasuki ruang yang penuh kata sandi. Mungkin, dulu ketika kecil Senja kurang peka kalau dia, Langit sedang tidak baik-baik saja.

"Tumbuh yang subur, ya, yang cantik supaya orang-orang senang lihat kamu." Senja menyiram bunga matahari, permintaan pertamanya.

Kadang kala, Senja mau melepasnya, menyerah untuk merawatnya. Tiap bunganya layu, Senja sedih entah mengapa. Rasanya dia tidak sepenuhnya benar dalam keputusan sewaktu meminta bunga indah itu.

"Kenapa ya? Bunganya kayak terhubung ke Langit."

"Kalau dia layu pasti terjadi sesuatu sama Langit, mau dia marah, kesal, puasa bicara samaku. Melainkan kalau Langit cerah, Senja yakin bunganya juga lebih mengeluarkan pesonanya." Senja memperhatikan seksama bunga itu.

"Apa kamu jangan-jangan ..." Senja membengkap mulut. "Udah di sihir sama si Tuan Muda?"

"Ya Allah! Ada aja pikiran kamu, Senja." Bunda menepuk kepala Senja, pelan.

Senja terkekeh, memeluk Bunda. "Bisa aja kan, Bun."

"Ternyata Langit itu seorang Dewa. Dia yang punya kendali tentang kehidupan termasuk bunga ono, Bun." Senja berbicara antusias.

"Ya gak Bun? Wih! Atau juga namanya bukan Langit," lanjutnya.

"Aduh! Nak. Kamu kebanyakan nonton drama fantasi begini jadinya." Bunda tampak frustasi akan ucapannya yang mengada-ada.

"Jadi, menurut kamu namanya Duta siapa?" Bunda ikut menimpali.

"Gak ada ide, Bun buat nama yang cocok untuk Langit. Senja kebayang mukanya yang ketekuk."

Senja tertawa, matanya berair. "Bunganya gemuk, ya," kata Bunda.

Senja mengangguk sebentar.

"Nanti kalau waktunya dia udah harus pergi, gimana?"

Senja mendongak. Berpikir sejenak. "Maksud Bunda bunganya mati gitu?"

Bunda menjawab, "Iya, mati bisa juga bunganya berpindah tangan."

Bunda melihat keterdiaman anaknya. "Berarti kamu harus iklas."

"Pada akhirnya semuanya akan kembali ke tempat kita berasal, mungkin juga bunga matahari kamu memilih orang lain untuk menjaganya."

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang