Episode 67

118 31 9
                                        

"Bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun."

"Udah sampai?"

"In a minute," jawab Noah membenarkan rambut Senja.

Mereka berada di dalam penerbangan menuju New York. Senja mewakili Indonesia menjadi tamu dan juga akan menampilkan permainan piano di sana. Impiannya.

Noah memandang Senja. Gadis itu tidak ada berubahnya. Muka yang manis. Bibir yang cerewet. Banyak perubahan selama 4 tahun terakhir. Pun perjuangan serta pengorbanan yang gadis itu alami. Yang dulu kuat menjadi semakin kuat, berani kian tak takut apa pun.

Senja membuka matanya. Noah tersenyum. "Kenapa?"

"Lo harus janji sama gue, jaga kesehatan lo masih sakit, Seul."

"Ya emang waktunya aku sakit. Kalau sehat nggak akan sakit, Noah," balas Senja menarik bibir lebar.

Benar adanya, beberapa hari sebelum keberangkatan, gadis itu mendadak terkena flu hebat dan butuh perawatan intensif di rumah sakit.

Noah berdecak. "Lo ngejawab mulu. Nurut kenapa sekali-kali," ucapnya menyentil kepala Senja. Lalu, mengusap pelan mana mungkin Noah seperti itu, tidak akan tega.

"Aku janji. Selalu sehat." Senja mengacungkan jempol tinggi-tinggi. Dan pemberitahuan bahwa pesawat akan segera melakukan pendaratan.

Noah mengangguk.

Bandar Udara John F. Kennedy, New York

"Jauh juga aku mainnya," kata gadis yang tengah meregangkan tangan.

Dia pun menguap lebar. Sama sekali tidak peduli akan sekitar. Hal yang tak akan pernah berubah dalam diri Senja.

Noah menggeleng samar heran. Pemuda itu masih menunggu koper keluar. Senja berjalan-jalan santai di daerah situ sambil melihat orang-orang tinggi dan berbadan tegap. Kurang lebih 10 menit dia bergerak asal. Noah belum berpindah tempat dari samping conveyor.

"Noah, laper." Senja menghampirinya sambil memegang perut. "Kamu bisa bahasa inggris kan? Oh, ya, kamu kan bule Australia." Senja menepuk pundak Noah, gemas.

"Merendah untuk dipuji," balas laki-laki yang menggunakan kaus polos putih dengan kemeja flannel sebagai outer. Senja dapat berbahasa inggris dan dikatakan lumayan lancar. Gadis itu selain penyuka piano dia suka hal mengenai bahasa.

Senja tertawa.

"Kalau tersesat di sini gimana? Udah nggak bisa baca maps." Senja berbicara sendiri sambil berjalan di belakang Noah.

Umurnya sudah 21 tahun dan masih duduk di bangku kuliah.

"Mau makan apa?" Noah menarik lengan Senja agar bersejajar. "Kita makan di restro bandara aja, okey kan?"

"Okei, tapi cari yang halal. Nasi goreng kampung ada nggak?"

"Ada! Soto tangkar juga tersedia. Mau apa lagi?" Noah meladeni gurauan Senja.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang