Episode 18

354 174 50
                                    

"Senja ajarin aku dong main piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senja ajarin aku dong main piano."

"Kapan-kapan kalau aku gak pelit."

Mia mendengus akan jawaban Senja. "Kamu keren pake banget! Sekali lagi chukkae kamu gabung ke kelas piano. Ahh! Semua orang pada buka mulut pas tangan-tangan lentik kamu nyentuh tut tut─nya."

Mia menceritakan perihal kemarin saat Senja menunjukkan bakatnya. Dia menjadi sangat popular sejak saat membawakan lagu

"Tangan-tangan Dewa mah dilawan," kata Senja menggoda. "Tapi, makasih, ya, Mi. Kamu udah datang, semangatin aku."

Senja berharap Langit melihat penampilannya, dia sangat gugup berada di sekitar banyak orang. Namun, laki-laki itu mendapat masalah, tidak hadir beberapa hari. Awalnya dia kecewa, tapi tak apalah karena Mia bersamanya ketika itu.

Mia mengangguk. "Kamu main piano udah dari kapan?"

"Dari kecil."

"Papa kamu yang suka, ya?"

Senja mengangguk. "Ya, Ayah aku. Kata Bunda dulu Ayah sering dapat kejuaraan lomba berkat pianonya."

"Kata Bunda?"

"Ayah aku udah meninggal, Mi. Belum pernah jumpa secara nyata." Senja mengembangkan senyum, getir.

Mia menjadi merasa merasa bersalah, menyingung tentang Ayahnya yang bahkan dia belum pernah bertemu. Mia meminta maaf dan Senja menggeleng, tidak apa-apa itu bukan salahnya. Takdir meminta Ayahnya untuk kembali ke sisi paling terbaik.

"Kamu sebenarnya cerewet tapi kenapa sewaktu di luar kamu cuek?"

Senja mendelik, Mia banyak bertanya.

"Kayak gini tuh," ucapnya menunjuk muka Senja yang berubah.

"Sesi tanya jawabnya selesai."

Mia mengeluh. Dia suka sekali berdekatan dengan Senja. Dia merasa bahagia, Senja berbeda. Senja pandai mengatasi apa yang tidak bisa diselesaikannya. Senja memiliki sisi yang tidak orang lain punya.

Sungguh-sungguh.

"Buka buku Bahasa Inggris─nya Mi. Kita belajar, belajar mengasah otak kamu yang lelet." Senja menepuk paha Mia, menyadarkannya.

"Di dunia ini enggak ada yang gratis. Okei! Di tempat umum toilet aja bayar."

Mia mengangguk lemah. "Es krim matcha, 3 bungkus."

"Udah dihapal belom? Jangan bilang enggak! Awas kamu!"

Senja melirik ke sekitar. Guru mata pelajaran selanjutnya belum juga masuk. Dia menggaruk rambutnya, bingung.

"Udah kok tapi lupa-lupa." Mia memperhatikan wajah Senja seperti orang bodoh.

Sedikit menegakkan badan, kepalanya bergerak ke kanan kiri.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang