Episode 28

266 80 53
                                    

"Gimana udah enakan badannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana udah enakan badannya?"

Langit menjawab, "Udah, Bun."

"Kalau Bunda boleh tau kamu kenapa bisa kayak semalam?" Bunda bertanya.

Langit menggeleng, dia tidak mau bercerita.

Bunda mengangguk. "Yaudah gak apa-apa kalau ada sesuatu jangan sungkan kasih tau Bunda, ya."

Langit mengangguk.

Bunda berada di ruang tengah. Dia lagi sibuk memasak, Bunda mempunyai rencana untuk siang kali ini yaitu makan bersama. Ada Bunda, Senja, Langit, Pak Jarwo, Mia dan ibu Evie. Bunda yang mengusulkan. Pun ibu Evie telah berjanji akan tiba siang nanti.

"E─eh! Tuan Muda udah bangun." Senja membawa dua baskom besar.

Langit mendengus. "Jangan panggil aku kayak gitu Senja."

Bunda tersenyum. Langit akan banyak bicara jika bersama Senja. Lihatlah dengan Senja menggodanya saja, dia sudah mengeluarkan banyak kata.

Senja meletak sembarangan di atas meja. "Jadi, kamu mau dipanggil apa?" Dia menaikkan satu alisnya.

"Sayang?"

"Cinta?" Senja terkikik. "Atau anak kecil?"

Senja bersedekap. "Tuan Muda aja deh," kekehnya.

Senja mengejek Langit, dan panggilan Tuan Muda membuatnya jengkel, siapa suruh orang rumahnya ada yang memanggil demikian.

Langit diam, matanya terus mengintimidasi Senja. Bunda memukul lengan Senja pelan.

"Kamu ini Senja. Jangan ganggu Duta! Belik─an bahan-bahan yang kurang sana."

Senja berprotes. "Yah!"

"Males ah, Bun. Mager," katanya menggeleng. Dia mengambil asal sebungkus tempe baru─hangat. Lalu membukanya.

"Ini mau dipotong yang gimana Bun? Bentukannya? Bulat? Persegi? Segitiga? Atau bentuk love?" Senja mengacungkan pisau.

Langit merampas pelan. "Jangan main-main Senja nanti kamu kena," ucapnya.

Senja mengangkat bahu.

Bunda lagi mengupas sayuran kentang. Tangannya lihai sekali. "Kamu beli sana! Tepung goreng, tahu, terong sama─" Bunda melihat-lihat bahan apa yang belum tersedia.

"Belacan, satu lagi daun selada." Bunda memberitahu. "Ayolah! Nak. Cepat."

Senja mengangguk. "Pakai uang kamu dulu nanti Bunda ganti."

Senja menggeleng. "Gak mau ah! Bunda gantinya bertahun-tahun yang akan datang terus pun kalau gak Senja minta, Bunda pura-pura lupa." Wajahnya masam mengingat seluruh utang Bunda belum dilunasi semua.

Bunda menepuk dahi. "Astaga, emang kamu, ya sama Bunda aja mengera-ngera. Gak malu kamu diliatin Duta pelit banget sama Bundanya," jawab Bunda menunjuk Langit.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang