Episode 56

124 32 46
                                    

Perasaan apa ketika tak berpikir berulang untuk melakukannya, tak butuh banyak tanya─mengapa, apa, kapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan apa ketika tak berpikir berulang untuk melakukannya, tak butuh banyak tanya─mengapa, apa, kapan. Itu namanya rasa cinta. Ketika merasakan gelenjar aneh di dalam diri, dan menganggap bukan apa-apa. Omong kosong. Yah. Dan sepertinya itu terjadi kepada Noah.

"Eh, ngapain?"

"Numpang makan sih," jawab Noah senyum. Pemuda itu suka menggoda dengan lekukan lebar bibirnya. Tak pernah pudar.

Senja mendengus. "Bun, hari ini mau latihan terakhir ikut pertandingan lomba lari karena nggak bisa sembarang keluar apalagi Senja menang kompetisi kemarin."

Dia menyeret kursi menimbulkan suara nyaring. Lalu menoleh sekilas ke Noah. Senyumnya belum pudar saat menatap Senja. Pemuda itu aneh.

"Pelan-pelan nariknya cantik," kata Noah bangkit dan merapatkan kursi Senja sedikit ke depan.

Senja melotot. Ada Bunda di dekat mereka. Senja tidak mau Bunda berpikir macam-macam. Senja tidak mau pacaran, itu salah satu prinsip hidupnya. Selain buang-buang waktu. Toh. Senja menyukai Langit.

"Ada apa sih?"

Merasa heran. Biasanya cowok yang sudah berseragam sekolah sama dengan Senja membuat darahnya selalu naik. Jail sekali. Suka mengganggu.

"Nope."

"Bun, kenapa nih bule kemari?"

"Bule yang kamu maksud pun ganteng, Nak." Bunda merapikan berkas. Wanita paruh baya itu belum juga selesai akan kesibukan. Mengapa toko kue Bunda bercabang-cabang? Karena enak lah.

Noah terkekeh.

"Cepat sarapan, Senja. Kamu berangkat bareng Noah. Pak Jarwo sedang sakit."

"Senja naik bus."

"Boleh," jawabnya. "Tapi sama Noah."

Bunda menggerakkan kepala ke teman pergi sekolah Senja yang baru. Senja tidak mau. Dia mau berangkat sendiri. Kepalanya menggeleng tegas. Dia mengigit kuat-kuat bagian dalam giginya.

"Enggak." Dia menghabis kilat sarapan, minum segelas the hangat. Matanya membasah. Genangan air siap tumpah. Diam tak bicara.

"Senja berangkat sendiri. Naik bus. Nggak perlu bareng siapa pun."

"Senja," panggil Bunda. Senja memalingkan muka. Noah menghembuskan napas. Dia tahu apa yang terjadi, mungkin, jika tebakannya tidak salah.

"Hati-hati, ya." Bunda mencium kening Senja. Tidak mau jika putrinya menangis. "Kalau latihannya bisa bareng Noah, ya? Nggak apa-apa?" tanya Bunda lembut.

"Bisa." Menggerakkan kepala patuh.

"Jangan ikutin aku, Noah." Dia mengepalkan tangan, mata hendak keluar. Membola lucu. "Awas, ya!" Senja menunjuk-nunjuk. Berlari ke luar pintu. Membuka gerbang.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang