Episode 46

181 40 27
                                    

"Kamu nggak ke pusat? Pelatihan mau olimpiade, nggak takut kalah?" Senja mengunyah buah pir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak ke pusat? Pelatihan mau olimpiade, nggak takut kalah?" Senja mengunyah buah pir. Matanya melirik-lirik Langit. Dia sedang bermain ponsel.

Langit tidak menjawab.

Senja berbicara, "Woi, suts! Kamu panas dalam? Atau kamu dipulang─in karena di sana nggak mau ngomong," decaknya. Senja mengigit buas pir sampai-sampai tak sengaja kena daging bibirnya.

Senja berhenti. Tidak ada lagi suaranya. Sedangkan, Langit mengernyitkan alis.

Kenapa diam gadis cerewet itu? Klik. Setelah mengirim pesan kalau dia akan terlambat ke pusat. Tak peduli kalau gurunya marah-marah. Itu urusan belakangan. Langit akan mengatasinya.

"Kenapa?"

Senja menggeleng. mukanya cemberut.

"Senja," panggilnya tenang.

Gadis itu merengek. Senja mengaduh kesakitan. "HUAH!!" erangnya perih. Senja menunjuk bibirnya yang tergigit. Sudut mata Senja mengeluarkan air.

Langit mendengus. Ada-ada saja tingkah gadis di hadapannya. Dia berdiri setengah membungkuk.

"Sakit, Langit." Senja menghapus air matanya.

Dia mendesis dalam hati. Mengapa dia menjadi cengeng? Beberapa hari ini hatinya tidak karuan? Suasana hatinya tidak bagus.

"Tangan kamu lepas biar aku lihat." Langit memegang kepala Senja. Tangan satu membuka mulut Senja. Gadis itu segugukan. Senja mengigit sangat keras bibirnya─tidak sengaja.

"Sakit."

Laki-laki itu menyambar air mineral di nakas. "Kumur-kumur," katanya.

Langit menghapus air mata Senja. Setelah berkumur, Langit menggulung kecil tisu. Lalu, membersihkan luka yang di mulut Senja. Tepat di pertengahan bibir bawah─kemerahan pada kulit di sekitar luka. Dia sekejap menatap Senja. Gadis itu merem melek mungkin karena pedih.

Langit menahan senyum. Senja sangat menggemaskan. Dia telah selesai. Namun, dia ingin berlama-lama melihat Senja dari dekat. Tahi lalat di ujung mata─Langit suka itu.

"Udah belum sih? Perih banget, lho." Senja mencebik kesal.

Langit menjawab, "Udah." Kemudian, menjauh setelah menyelipkan rambut Senja.

Senja menghela nafas, tapi tak urung memegang bibirnya. Tangannya tidak bisa diam. Mukanya masam.

"Jangan dipegang, kalau bengkak baru tau rasa." Langit menepisnya.

Senja diam. Gadis itu benar-benar tidak semangat. Dia bosan. Selang infus sudah dilepas. Bunda berjanji kalau suhu tubuhnya menurun, maka akan pulang sore ini juga.

"Bosan? Ayo, ke taman."

"Ayo!"

Tanpa peringatan Senja meloncat ke Langit. Gadis itu berteriak, dia telah berdiri di atas kasur. Untungnya Langit segera menangkap tubuh Senja. Sungguh! Tiba-tiba.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang