Extra Part (4)

225 22 5
                                    

Malam menyelimuti kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam menyelimuti kota. Setelah berkunjung ke rumah Ferry, banyak sekali perubahan baik di dalam pria tua itu. Tutur kata yang lebih sopan, mengungkapkan kalau dia menyayangi Langit. Wajah ketatnya mengendur karena tidak pernah marah-marah lagi. Pun melimpahkan kasih sayang kepada Senja. Mengingat itu Senja memanggilnya dengan sebutan Papa. Lihatlah. Senja mendapatkan seorang Ayah.

Kegiatan ketiga─berkencan.

1. Menonton film di rumah.

Mereka memutuskan untuk menonton drama korea berjudul All of Us Are Dead bercerita tentang mayat hidup─zombie yang bermula dari seorang siswa SMA Hyosan yang terkena infeksi dan berubah menjadi sangat buas.

"Langit," panggil Senja masuk ke dalam kamar.

"Coba pegang kening aku, panas nggak?" tanyanya.

Langit yang tengah menyetel televisi tergerak untuk menghampiri Senja. Gadis itu duduk di ujung kasur. Dia merasakan kalau tubuhnya merasakan gejala seperti orang yang akan demam.

"Panas nggak?"

Laki-laki itu menempelkan punggung tangannya di kening Senja, agak lama. Setelah itu, menempelkan di dahinya ikut merasakan perbedaan. Merasa tak puas, mengecek di bagian leher Senja. Sedangkan, gadis itu menatap puas rupa suaminya.

Langit tak menjawab dia malah mencium kening Senja sebentar, lalu beranjak keluar kamar.

"Langit! Ini badannya panas nggak sih?"

"CK! Nggak kayaknya," ucap Senja membolak-balikkan telapak tangan.

"Jangan sampai demam, besok harus kuliah."

Senja merangkak di tempat tidur mengambil guling, dia bersandar di bantalan. Tak sabaran untuk menonton, teman-teman kampusnya sibuk membicarakan drama ini sampai-sampai terkena virus shibal.

Lampu belum dimatikan, tidak seru dengan keadaan terang, tetapi gadis itu malas untuk bergerak lagi ke ujung pintu. Dia memutuskan untuk menunggu Langit saja.

Dia melihat sebuah map di samping nakas, Senja ingin mengambil karena penasaran, tetapi tidak jadi. Suara berat Langit menginterupsinya, pria itu ternyata membawa obat, air minum, dan alat pengukur suhu badan.

"Buka mulutnya," titah Langit.

"AAA!"

Pria itu meletakkan ujung sensor di bawah lidah, menutup bibir Senja. Mungkin mukanya datar tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, hatinya sudah takut kalau gadis itu demam.

Tangan mengelus rahang Senja, pelipis, hinga ke pipi. Tatapan lurus menatap manik gadis itu. Sentuhan hangat seakan mengalirkan aliran listrik kepada kulit Senja. Tak sanggup menahan senyuman kecil.

"UDAH!"

"Kamu demam, minum obat, ya?"

Langit membuka botol obat penurun suhu, kulit tubuh Senja saja terasa panas. Hasil menunjukkan 38 derajat. Gadis itu harus minum obat segera agar tidak berlarut-larut.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang