Episode 74

144 23 22
                                    

Di posisi lain dengan tempat yang sama, Noah menyaksikan ketika Senja keluar dari mobil Langit tanpa memakai penghangat baju─jaket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di posisi lain dengan tempat yang sama, Noah menyaksikan ketika Senja keluar dari mobil Langit tanpa memakai penghangat baju─jaket. Lagi dan lagi gadis itu menangis, mengusap-usap pipinya yang telah memerah dingin.

Langsung saja pemuda itu menghampiri Senja. Entahlah. Acara yang dia siapkan apakah berjalan lancar atau tidak? Dengan niat ingin mengungkapkan perasaannya kepada Senja, laki-laki itu lama untuk menjemput.

"Kenapa lagi?"

Noah menoleh ke tempat terakhir Senja turun. Dia tahu kalau itu mobil Langit. Pun tak menduga kalau laki-laki itu memutuskan untuk berjumpa kembali dengan Senja.

"Aku nggak apa-apa. Jadi perginya?"

Rahang Noah mengeras, gigi bergemelutuk menahan emosi. "Ada apa? Kasitahu gue." Sambil mengguncang bahu Senja untuk mendapatkan jawaban.

"Ada apa Seul?" tanya Noah menghalau rasa dingin di luar.

Dengan paksa laki-laki itu menarik tangan Senja menuju parkiran. Senja tak memberontak, dia sudah tak memiliki energi lagi.

"Masuk!"

Suara pintu tertutup kencang. Senja terlonjak kaget. Noah tak biasanya seperti itu. Pemuda itu tampak menahan emosi dan Senja tidak tahu penyebabnya.

"Sekarang gue tanya lo kenapa nangis?"

"Kalau lo nggak jawab, gue tunggu sampai lo buka suara."

Noah menjalankan mobil, bongkahan salju menghambat penglihatannya. Cuaca di luar cukup ekstrim untuk berkendara. Pun banyak lalu lintas yang sudah memasang papan untuk berhati-hati.

Hanya dengusan napas yang tak beraturan. Senja menyembunyikan suara, dadanya naik turun. Pikirannya tak menentu. Apakah akhir dari kisah cintanya seperti ini? Namun, gadis itu juga tak memikirkan sosok Noah yang selalu menjadi benteng pertahanan Senja.

"Bilang sama gue, Senja. Kalau lo diam aja, gue nggak bisa bantu."

Suara Noah melembut, dia tak tahu apakah rencana yang ia harapkan berhasil dengan melihat keadaan Senja menyedihkan.

"Gara-gara Langit? Dia buat apa ke lo? Anjing emang!"

Noah mengumpat kesal, matanya memanas. Laki-laki itu membuat kesabarannya habis. Kembali hanya membuat Senja menangis.

"Jangan ngomong gitu," kata Senja bergetar.

"Bela aja terus, heran gue sama lo. Bandel dibilangin." Noah mengomel, mulutnya sibuk memberi ceramah kepada Senja. "Banyak yang bisa lo pikirkan. "It's not just about him."

Senja menukikkan alis. "Aku yang salah."

"Bukan Langit." Gadis itu terbatuk-batuk sebentar. Noah cekatan mengambil botol mineral dan memberi kepada Senja.

"Nah kan! Memang lo yang salah." Ingin sekali Noah menyentil mulut Senja. Gadis itu selalu saja membalas perkataannya.

"Kenapa? What did he say?"

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang