Episode 58

108 25 11
                                    

Seattle, Washington, Amerika Serikat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seattle, Washington, Amerika Serikat

Kini sosok anak kecil yang selalu duduk di kursi roda memilih melanjutkan kehidupannya. Tak terasa pemuda yang bernama lengkap Duta Langit R telah tumbuh menjadi laki-laki remaja yang menyimpan segala sesuatu dengan sendiri. Langit menelan mentah-mentah apa yang Tuhan takdirkan untuk dirinya. Dan kemudian, Senja menjadi salah satu serpihan bintang yang menerangi kehidupannya.

"Duta." Evie memanggil dari luar kamar.

Tidak ada sahutan. Evie mengetuk pintu lagi. Dia hendak mengantarkan makanan untuk anaknya. Evie semakin berubah menjadi lebih baik, dia kembali menjadi sosok Mama yang Langit rindukan sejak kecil.

Langit menjawab. "Masuk, Ma." Dia melepas earphone─nya. Laki-laki itu memakai kaos putih dan training hitam. Duduk di depan meja belajar. Buku-buku tertara rapi di tiap rak.

"Makan dulu, ya baru kamu lanjut lagi belajar." Evie meletak nampan di sisi samping. Dia bergerak ke luar jendela mau menutup gorden. Waktu sudah petang.

"Jangan di tutup, Ma," kata Langit menoleh. "Aku mau lihat Senja," lanjutnya. Laki-laki itu meraih alat bantu jalan─Kruk bergerak perlahan ke arah balkon.

Beberapa detik saling diam. Langit menatap luasnya alam semesta. Indahnya pemandangan yang Tuhan ciptakan. Senja pernah mengatakan sesuatu kepada dirinya.

"Semesta itu luas Langit. Kamu akan bertemu dengan orang-orang baru, mereka akan buat kamu bahagia. Dan semuanya akan baik-baik aja."

"Bohong." Langit berucap pelan.

"Senja cantik, ya, Ma." Dia tersenyum kala melihat warna orange atau jingga yang menenangkan hati. "Kamu istimewa," katanya.

"Kamu rindu sama gadis kecil itu?"

"Bertahan, Nak." Evie mengelus pundak Langit─tidak mudah untuk bertahan dalam keadaan seperti sekarang. Rasa bersalah masih bersarang di rongga dadanya. Keputusan yang ia ambil untuk membawa Langit menjauh dari bayang-bayang masa lalu.

"Maafkan Mama."

Langit tidak menjawab. Evie menghela nafas. "Kalau harinya udah gelap segera masuk." Kemudian Evie keluar dari kamar. Tak lupa menutup pintu.

"Senja, aku rindu." Langit menangis. Air matanya keluar begitu saja. Dia tidak bohong kalau sangat terpuruk akan semua yang menimpa kehidupannya. Tidak ada keluarga yang harmonis. Sosok Papa yang hangat. Pun Mama yang menjemputnya ke sekolah.

"Langit, kamu jangan pernah merasa sendiri. Semua orang sayang sama kamu."

"Ini hadiah untuk kamu. Misal, kamu rindu kamu bisa dengar instrument dari piano aku."

"Takdir itu ketetapan, semoga kita jumpa di takdir yang terbaik."

Langit menghapus jejak air matanya. Gelap mulai datang menggantikan Senja─nya. Laki-laki itu merogoh saku celana dan memasangkan earphone beserta memutar MP3 player mini yang berisikan beberapa instrument piano yang Senja mainkan. Hadiah kecil yang Senja berikan kepada Langit. Gadis itu tidak mau kalau Langit melupakannya.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang