Seul, Love & Youth oleh Bila March| Bercerita tentang seorang gadis remaja bernama Senja Ulanni. Gadis remaja yang menghabiskan masa mudanya bersama orang-orang tersayang. Senja bertemu dengan seorang cowok bernama Duta Langit R, sosok yang memiliki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Swastamita hendak menghilang di ujung bumi. Bola merah itu telah melakukan tugasnya. Dia hendak pamit untuk bersiap esok hari, memberi kehangatan. Hari yang baru untuk tiap-tiap orang, tidak berbohong apalagi mengingkari janji.
"Langit," ucap Senja.
Gadis itu duduk tenang sambil menatap indahnya matahari terbenam. Dia tersenyum.
"Jangan lupain aku, ya. Nggak mudah aku nyimpan semua kenangan kita."
"Kamu tau kenapa kita selalu tenang ketika melihat senja?" Senja menoleh ke samping. Rambutnya beterbangan. "Rasanya hati kita adem, semua rintangan yang lagi kita hadapi hilang seketika."
Langit menatap lurus ke wajah Senja. Teman sedari kecil yang selalu ada bersamanya. Senja yang dengan berani mengajaknya menjadi teman tanpa tahu berapa banyak luka yang telah dia peroleh. Senja, gadis manis itu adalah sejuta cara.
"Karena dia menyimpan segala kenangan. Orang-orang yang selalu natap senja tanpa mempunyai masalah atau mengalami kesedihan pun ikut akan menciptakan cerita baru, yang bermakna."
"Senja itu cantik, indah, penuh warna. Dan banyak kenangan."
"Kamu cantik," ujarnya. "Selalu dan sampai kapan pun."
Senja menghembuskan napas. "Aku takut nggak bisa jumpa kamu lagi. Kamu jauh. Aku takut, Langit."
"Nggak ada yang tahu jalan apa yang akan kita tempuh ke depannya." Air mata itu lolos. "Apa di masa depan kita ditakdirkan untuk berjumpa atau malah memberi kata perpisahan?"
Langit menggeleng. "Kita pasti akan bertemu, Senja."
"Masa?" Senja terkekeh.
"Kalau maut duluan yang bertemu dengan aku? Mau apa?"
"Kamu benar. Siapa juga yang suka ngomongin tentang kematian. Itu hal yang menyedihkan. Butuh waktu berhari-hari mungkin tahun bisa melupakannya."
"Oh, ya, Langit," kata Senja.
"Aku besok nggak mau antar kamu." Dia menyengir lebar. "Aku orangnya susah lupain sesuatu, kamu jauh ke Amerika terus kalau antar kamu─"
"Kamu di rumah aja. Makan es krim nanti aku beli sekalian tokonya."
Senja menjatuhkan bahu. Toko? Bunda aja butuh perjuangan lama sekali membesarkan toko roti. Dengan gampangnya Langit mengucapkan akan membeli toko es krim.
"Untuk kamu, kalau lagi stress karena latihan piano atau berantem sama Bunda, kamu pergi ke tokonya. Biar adem, jangan marah-marah apalagi yang kena orang lain."