Episode 50

166 30 10
                                    

Baik Senja atau Langit mereka sama-sama berada pada posisi tidak dapat berbuat apa pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baik Senja atau Langit mereka sama-sama berada pada posisi tidak dapat berbuat apa pun. Untuk dua puluh empat jam ke depan, mereka mencoba melupakan masalah itu karena hari ini tiba saat mereka sama-sama akan bertanding. Senja dengan lomba lari, dan Langit mengikuti olimpiade tingkat Nasional.

Kurang lebih setengah jam laki-laki berpakaian seragam sekolah itu berdiri di depan pagar. Tidak ada keberanian di dalam dirinya untuk menghadapi Senja. Dia bingung mau menjelaskan apa. Senja salah paham, dia tidak seperti yang Senja pikirkan.

"Bunda," ucapnya.

Bunda mengelus dada, wanita itu lengkap dengan celemek terkejut. "Astaga! Duta. Kamu kenapa di sini?"

Bunda ingin membuang sampah.

Matahari belum muncul masih diselimuti dengan awan. Tepat setelah Subuh, Langit berjalan menuju rumah Senja. Entahlah, kakinya membawa diri ke sana. Pun sampai tempat tujuan, dia tidak berbuat apa-apa.

Langit menggeleng. Dia memperhatikan Bunda memisahkan sampah-sampah di tong yang sesuai. Setelah selesai, wanita itu mencuci tangan, ada keran tersedia.

"Senja masih tidur. Mau berbicara sama Bunda?" tanya Bunda ramah.

Langit mengangguk.

"Ayo, duduk di teras. Kamu ini pagi-pagi buta udah di depan aja."

Bunda duduk di salah satu undakan tangga. Langit mengikuti di sebelah.

"Bunda udah tau kalau kamu mau berangkat ke Amerika, ya? Kamu tau itu negara impian Senja. Di kamarnya penuh gambar-gambar tentang negara itu."

Bunda mulai obrolan.

Langit mengangguk. Dia tahu itu.

"Nak. Bunda kasitahu kamu, kalau alasan kamu pergi ke sana karena mau Senja kembali dengan impiannya yaitu bermain piano. Kamu salah, Duta. Itu bukan pilihan yang tepat. Senja tidak mempersalahkan itu sama sekali." Bunda berkata lembut.

"Kamu nggak mau nyusahkan gadis nakal itu lagi dengan berangkat ke sana? Bunda sangat sedih jika memang itu alasan kamu. Nak, sesuatu yang terjadi di hidup kita ini udah merupakan takdir Tuhan. Seperti ini kamu beberapa jam lagi akan mengikuti olimpiade, dan Senja akan ikut perlombaan lari. Sungguh sangat tidak masuk akal, bukan?"

Langit diam. Dia mendengarkan dengan baik. Apa yang Bunda katakan adalah kebenaran. Bunda tahu apa yang ada di isi hatinya. Bunda tahu karena pilihan pergi ke Amerika adalah tidak mau menyulitkan Senja.

"Seharusnya kalau takdir berkata lain, Senja saat ini juga akan mengikuti kompetisi pianonya. Awalnya Bunda sangat sedih betapa malang gadis nakal itu, tapi semuanya udah terjadi, yaudah. Mau diapakan pun tetap akan begitu. Maka terjadilah."

"Pikirkan dengan baik. Mau kamu pergi pun, Bunda nggak permasalahkan. Kadang kala kita berada di posisi yang nggak bisa membuat keputusan. Berat rasanya. Nggak bisa pilih kedua-duanya. Kamu ini keluarga Bunda, lho. Bunda sayang sama kamu apalagi Senja." Bunda menepuk-nepuk pundak Langit.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang