Episode 8

471 218 127
                                    

Jangan bermain-main dengan waktu jika tidak ingin terjebak di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan bermain-main dengan waktu jika tidak ingin terjebak di dalamnya. Kamu yang harus mempermainkan waktu dengan sebaik-baiknya.

"Senja!"

"Perlengkapannya udah diperiksa kembali kan?"

Bunda mengencangkan suaranya sampai lantai dua. "Jangan ada yang ketinggalan. Ini hari pertama kamu sekolah."

Senja menutup pintu dengan tergesa-gesa. Dasi yang belum terpasang. "Senja bukan masuk taman kanak-kanak atau pun sekolah dasar lagi Bunda."

"Senja udah SMA." Senja hampir tersandung di anak tangga.

"Jangan terlalu serius dalam bersekolah. Bahaya Bun." Dia bergedik ngeri. "Bisa koit nanti, hidupnya terlalu ambisius."

"Enjoy my life," ucapnya dengan senyum mengembang.

"Anak ini!" Bunda menghampiri menarik dasi Senja yang tersangkut di leher.

"Bunda gak anterin Senja ke school?"

Bunda menggeleng. "Sejak kapan Bunda anterin you ke school?"

Senja menyengir selanjutnya merasa tercekik. "Oi Bun, Bun. Ini leher Senja kesakitan, lho."

"Makanya jadi anak jangan ngejawab mulu." Bunda menepuk-nepuk kemeja Senja dan menatap penampilannya dari atas ke bawah.

"Yaudah, cepat makan." Senja mengangguk lalu makan dengan tenang.

***

Senja bersemangat sampai-sampai dia tidak sadar sudah berada di depan pagar silver. Seperti yang Senja bilang tadi jangan pernah bermain-main dengan waktu maka kamu yang akan dipermainkannya. Jadilah, waktu dengan mudahnya berlalu dengan cepat tetapi membekas.

Tak terasa Senja sudah beranjak besar. Senja menjadi Senja dengan pemikiran yang berbeda. Dia hidup dengan kemauan sendiri bukan karena orang lain karena ini adalah hidupnya.

Senja menurunkan kaca jendela mobil. Matanya mencari-cari dan tak mendapati orang yang kucari.

"Langit!!" Senja berteriak kencang tidak tahu malu.

"Cepetan naik nanti kita telat!"

Pak Jarwo menggeleng-geleng. "Sabar atuh Neng. Kalau sabar nanti pantatnya lebar."

"Pepatah macam apa itu." Senja kembali menatap rumah di depannya. "Lang to the ngit. Langit!!"

"Sabar, ya." Langit menampakkan batang hidungnya.

Dia dibantu oleh Ibu Evie, ibu Langit yang jarang Senja lihat berinteraksi dengan Langit.

"Hati-hati," ucap Bu Evie.

Senja mengangguk. Sungguh ini menambah beban pikirannya saat ini.

"Ayo kita ke school!" Senja berbicara gembira. Langit dibantu masuk oleh Pak Jarwo dengan kursi roda diletakkan di bagasi.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang