Episode 45

183 52 57
                                        

Ruangan VIP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan VIP.

"Senja," panggilnya tenang.

Gadis yang ambruk di tengah-tengah latihan dilarikan ke rumah sakit. Telah dua hari dia dirawat di sana. Pun Langit tidak tahu karena Senja yang melarang. Namun, Evie tidak tega akan kondisi Senja. Jadi, dia memutuskan untuk menghubungi Langit untuk meminta segera pulang hanya untuk melihat keadaan Senja. Mungkin dengan adanya Langit, gadis itu lekas sembuh. Evie yakin gadis itu merindukan Langit.

Langit mengusap-ngusap punggung tangan Senja. Tatapannya lurus ke Senja, gadis itu begitu pucat dengan selang infus yang entah berapa kali diganti. Bibir kering dan memutih.

"Maaf, aku baru datang." Laki-laki itu menggenggam erat seolah menyalurkan kekuatan.

Tiba pada satu jam yang lalu, pukul tujuh malam setelah meminta izin sebentar. Pagi-pagi besok Langit akan pergi ke pusat kembali, Evie akan mengantarnya. Langit menghembuskan napas, dia tidak akan fokus di sana. Tentu saja, dia lebih mengkhawatirkan gadis cerewet yang terbaring lemah itu.

"Aku udah bilang jangan dipaksa. Dasar keras kepala," ucapnya ketus.

Ibu jarinya bergerak naik turun di tangan Senja. Dia yang menjadi penyebab Senja seperti ini. Karena dialah Senja sakit, hati Langit pilu. Dulu, setahu─nya Senja tidak pernah mencoba untuk menyembunyikan sesuatu. Tiap apa pun saat gadis itu alami, dia selalu mengadu ke Langit. Sial. Bahkan Senja tidak pernah meminta izin terlebih dulu apakah Langit mau mendengar.

"Kamu bisa sakit juga," desisnya datar. Kalau Senja mendengar, dia pasti merasakan rasa tidak nyaman di sana. Langit tidak suka saat Senja seperti ini. Pun dia hendak mengakhiri semua penderitaan Senja.

"Atau si bulek itu yang keras sama kamu. Awas aja dia." Langit bergumam. Laki-laki itu kesal karena mengingat Noah beberapa hari belakangan yang selalu bersama Senja. Sedangkan, dia tidak dapat melakukan apa-apa. Lagi dan lagi dia mengutuk dirinya.

Langit setengah bungkuk. Entah dorongan dari mana laki-laki kaus warna army hendak mengecup pipi Senja sekilas tapi tidak jadi. Dengan minimnya jarak, Langit tersenyum. Dia menyibakkan rambut ke belakang telinga Senja.

Langit berbisik, "Cepat sembuh, Senja."

***

"Nak Duta," ujar Bunda membuka pintu.

Langit menyalami Bunda. Dia telah berganti bawahan dengan jogger pants. Hujan melanda malam ini. Kilat cahaya menyambar. Suara gemuruh bertabrakan di hitamnya malam. Evie yang menemani Senja di rumah sakit. Entah apa yang Langit lakukan di rumah Senja.

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang