Episode 25

309 105 92
                                    

Rumah Sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Sakit

Tiada henti, selalu, dan mungkin selamanya. Bicara datang, senantiasa. Lorong-lorong, pilu, kesedihan, menjadi harapan bagi mereka. Langit, kembali melakukan rutinitas─nya, pengecekan kedua kakinya yang butuh hari, bulan. Pun tahun lagi akan segera pulih.

Dia, Langit tidak lelah. Hanya saja beberapa bagian membuatnya ingin menyerah. Dia bisa bertahan lebih lama lagi, tapi kalau sisi terdalam dirinya hancur, dia akan runtuh. Selama 8 tahun, Langit belum ada perkembangan. Yeah, tentu ada perkembangan, muncul harapan tapi lagi-lagi Ferry mematahkan─nya secara bersamaan. Karna terlalu bahagia, nyaris bisa mengakibatkan Langit pergi.

Ferry, terlalu berambisi menjadikan Langit menjadi seorang atlet pelari. Berbagai cara, setelah mengetahui Langit akan sembuh, dia tidak tanggung-tanggung menyikapi, memberi latihan-latihan keras apakah itu adalah hal yang benar dilakukan. Ferry tidak menimbang hal tersebut. Di otaknya hanya ada sembuh dan sembuh.

"Kenapa setiap kita lakukan pemeriksaan kamu selalu gak bersemangat?" Dokter menyapanya.

Langit menoleh. Dia mengangkat bahunya.

Ferry mendengus. Wajahnya tak bersahabat. "Dok, kenapa kakinya sering nyeri? Berapa lama lagi dia akan sembuh?"

Dokter menepuk pundak Langit. Dia memegang gagang kursi roda membawa masuk ke ruangan.

"Pak Ferry kali ini sebaiknya menunggu di luar. Saya butuh ruang antara pasien dan dokternya. Terima kasih." Dokter tak membiarkan Ferry mencomot percakapan. Berbalik badan, menutup pintu.

Wajah Ferry mengkerut, merasa kesal.

Dokter membantunya duduk di hospital bed. "Berapa umur kamu Duta?"

Langit mengernyit. Umur?

"Tujuh belas," jawab Langit.

Dokter mengangguk. Dia memegang kaki Langit, meluruskan. "Kamu mau sembuh kan?"

Langit diam.

"Gak mau? Mau nyerah?" Dokter bertanya.

"Aku gak ada harapan, Dok." Langit menjawab.

"Lihat kamu sekarang. Usia udah 17 tahun, muda, tampan lagi. Kamu mau tetap kayak gini terus? Sedih? Nyalahin diri sendiri?" Dokter berkata serius, wajahnya tidak melunak.

"Maksud Dokter apa? Kalau Dokter udah gak mau atau gak sanggup sembuhin aku, bilang aja Dok." Langit mendengus. Matanya menajam.

Dokter terkekeh. "Gini dong, saya suka walau marah-marah tapi setidaknya ada ekspresi di muka kamu itu. Muka tampan─nya dimanfaatkan, kamu ternyata tidak sedingin kulkas."

Langit diam.

"Diam lagi. Kalau gak ada harapan, kamu yang ciptakan harapan itu Duta. Pilih, diri kamu sendiri atau orang lain. Harapan datang dari siapa pun. Kekuataan─nya melebihi dari apa yang kamu duga."

Seul, Love & YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang