Tetua Pertama

13 2 0
                                    

Semesta merah masa dahulu jauh lebih buruk dan kejam dibanding masa sekarang. Perang masih terjadi, kelaparan merajalela, debu dan darah adalah pemandangan sehari-hari. Ras-ras seeprti naga, iblis biru, minotaur, raksasa, semuanya berperang menghancurkan dunia.

Erimia Vornia Viuqne sejatinya hnaya seorang anak biasa. Lahir di wilayah pinggiran, di sebuah desa kecil. Desa itu berbatasan langsung dengan medan perang, membuat mereka secara langsung menyaksikan betapa mengerikannya pertempuran abadi di depan mata.

Dia lahir di keluarga miskin. Ayahnya meninggal saat dia maish dalam kandungan, dibunuh oleh tentara iblis biru yang kehabisan makanan. Iblis biru yang seharusnya tidak memakan manusia mulai mencari makanan apa pun yang ada. Ayah Erimia dibunuh dan dipotong-potong menyisakan kepala dan organ dalam.

Erimia Vornia Viuqne lahir di saat bulan purnama berwarna merah gelap, seolah-olah tengah ikut berduka atas banyaknya kematian di daratan. Entah kebetulan atau tidak, dia lahir dengan mata berwarna merah terang dan gigi taring mencuat. Karena keadaannya itu, dia dijauhi orang-orang. Walau begitu, sang ibu menyayanginya sepenuh hati. Ibunya bekerja dengan berburu untuk makan.

Anehnya, setelah dia lahir, jumlah iblis yang datang ke desa mereka meningkat. Korban tewas berjatuhan cepat, membuat warga desa ketakutan serta panik. Akhirnya, warga desa pun mencari kambing hitam, dan mereka memutuskan kalau Erimia Vornia Viuqne adalah dalang di balik datangnya para iblis.

Warga menerobos masuk rumah gubuk kecil tempat dia dan ibunya tinggal. Erimia bersembunyi di dalam lubang di bawah lantai kayu. Dia mendengar sendiri jeritan ibunya yang disiksa oleh warga desa untuk mengatakan di mana anaknya, tapi tidak sekali pun tempat anaknya disebutkan. Ketika jeritan itu berhenti, Erimia tahu kalau ibunya sudah tiada.

Setelah membunuh sang ibu, warga membakar rumah kecil itu karena tidak dapat menemukan sang anak. Mereka juga menunggu di luar, mengelilingi rumah kalau-kalau Erimia langsung beringsut keluar dari tempat persembunyiannya.

Namun, anak itu tidak bergeming sama sekali. Dia meringkuk di dalam lubang sembari terisak. Ketika dia sudha memilih untuk mati saja, darah sang ibu merembes melalui celah-celah lantai kayu, menetes ke wajah Erimia.

Saat bau besi dan amis dari darah tercium olehnya, kesedihan Erimia tiba-tiba saja lenyap, tergantikan oleh rasa haus yang tiba-tiba memuncak. Dia menjilat darah itu sedikit. Ujung lidahnya terasa terbakar, tapi itu adalah rasa paling enak yang pernah dia rasakan. Erimia mengarahkan mulutnya ke rembesan darah di atas, merasakan tiap tetesan yang seolah membakar habis mulut dan perutnya.

Gigi taring yang tajam tumbuh semakin panjang, mencuat keluar. Mata dengan iris lancip bersinar merah terang, memancarkan mana jahat ke sekitarnya. Dia akhirnya mengerti siapa dirinya, kenapa itu terjadi padanya. Pengetahuan-pengetahuan terlarang mengalir deras seperti keran air yang baru diputar. Iblis-iblis yang datang lebih sering setelah dia lahir itu selama ini bermaksud menjemputnya. Dia adalah raja mereka, dia tidak mengerti bagaimana, tapi dia tahu betul hal itu.

Ketika pagi hari yang gelap berdebu datang, desa itu sudah menghilang, rata dengan tanah. Mayat-mayat kurus kering menggunung di tengah desa. Dia atasnya duduk seorang anak bermata merah, menatap dingin seolah tidak peduli pada orang-orang menyedihkan yang baru saja dia habisi.

Di hadapannya, barisan panjang dari iblis biru dan merah berlutut khidmat, memberikan penghormatan untuk raja mereka yang baru saja terlahir kembali. Erimia mengambil langkah sebagai seorang raja iblis baru di semesta merah, mendirikan tirani besar yang menjadi kekuatan kehancuran baru untuk semesta merah.

---------------------------------------------------

Sabtu, 24 Agustus 2049. Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 22.12.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang