Reuni

13 3 0
                                    

Sabtu, 24 Agustus 2049. Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 21.54.

Saber menatap lirih aula itu. Tempat yang awalnya megah dan kokoh itu kini cuma tinggal runtuhan dan puing-puing. Sejenak, dia mengkhawatirkan Yuu, tapi dia juga percaya pada Nora yang percaya pada gadis serigala itu.

Setelah lompatan tinggi, kakinya mendarat di dahan pohon tebal. Lututnya agak menekuk seperti pegas saat dia menapak di atas dahan. Dia kembali melompat pendek untuk mendarat di atas tanah. Setelah memastikan mereka aman, Saber menurunkan Nora perlahan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Saber.

"Ya, terima kasih."

Pemuda itu langsung menoleh kembali ke arah aula, "kita cari Yuu," ujarnya penuh kekhawatiran. Dia langsung berlari tanpa menunggu jawaban. Nora mengerti itu, dia juga agak khawatir, jadi tanpa bicara apa pun, dia mengikuti dari belakang.

Saber mendarat tidak terlalu jauh dari wilayah aula. Dia bisa tahu dirinya sudah dekat ketika debu tebal mulai menghalangi pandangan. Tentu saja. Bangunan megah itu pasti akan menyebarkan debu tebal ketika runtuh sepenuhnya. Saber menutup mulut dan hidung dengan sikunya, tapi dia tidak memelankan kecepatan lari.

"YUU!!!!!!!!!"

Saber menyeru begitu dia sudah dapat melihat reruntuhan aula. Dia berlarian mencari Yuu, sementara Nora dengan tenang menengok sekitar.

"YUUU, JAWAB AKU, YUUU!!!!!!!!!!!!!!"

"SABER!!!!!" Jeritan Nora membuat Saber menoleh kuat. Dia tengah berlutut di depan dua orang yang tersungkur kelelahan. Tanpa pikir panjang, Saber langsung berlari menghampirinya. Dia langsung terkejut sekaligus bersyukur saat melihat kedua orang itu.

"Setemia..... Yuu!"

Setemia bersandar pada sebongkah batu bekas runtuhan. Yuu ada di sampingnya, bersandar pada batu yang sama. Keduanya tampak kelelahan, terutama Yuu. Dapat terdengar napasnya yang hampir habis. Sepertinya dia membopong tubuh besar Setemia sendirian meski dia tahu tubuhnya mungil.

"Kejam sekali kau, melupakanku di sana," gerutu Setemia dengan mata hampir menutup.

"Maaf, aku tersulut emosi tadi," balas Saber. Dia menyentuh punggung tangan Setemia dengan jari telunjuknya, lalu sedikit tercengang, "sudah kuduga, sirkuit sihirmu dibatasi sepenuhnya."

Setemia sebetulnya terkejut mendengar itu, tapi dia terlalu lelah untuk menampilkan ekspresi sesuai. "Kemampuan macam apa itu?"

Saber meraih sebuah bola kecil dari kantung di sabuknya. Dia mengeluarkan cairan ungu dalam bola kecil itu ke tangannya, membalurkan itu hingga merata ke seluruh telapak tangan. Kemudian dia mengangkat tangan Setemia dan mengetuk-ngetuk punggung tangannya berkali-kali dengan jari-jemari kanan yang sudah dilumuri cairan ungu.

"Ini adalah kemampuan pembatasan sirkuit sihir. Tidak mungkin dipelajari dengan latihan biasa. Aku juga cuma pernah melihat ini dua kali dulu. Si pengguna sihir harus menyentuh "bukaan" sihir target. Itu seperti titik output sihir, misalnya begini: Chariot milikmu, <Garuda>, berwujud sarung tangan. Maka jelas bukaan sihirmu berada di tangan agar kau mudah menggunakan Chariot. Setelah menyentuh bukaan, pengguna sihir memancarkan mana negatif miliknya, dan dengan trik tertentu mereka bisa membuat mana negatif itu menggerogoti bukaan sihir hingga merusak sirkuit sihir seseorang. Itu membuat target tak dapat menggunakan sihir."

Nora yang menyimak tampak langsung bermuka masam, "jika begitu, jika bukaan itu rusak, apakah artinya efeknya permanen?"

"Benar sekali. Itulah kenapa aku dan kepala sekolah langsung "ditendang keluar" dari teknik <Realm of Divinity>. Ketika bukaan Setemia tertutup, suplai mana pada chariot terhenti, menyebabkan tidak aktifnya chariot tersebut secara otomatis, dan meski aliran mana dalam tubuh target masih ada, tanpa bukaan sihir, mereka tak bisa menggunakan sihir. Meski begitu, teknik ini masih sama seperti sihir <Enchanting>, jadi masih bisa dibatalkan."

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang