Kamis, 15 Agustus 2049. Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 22.12.
Ragnar berulang kali mengelilingi ruangan kecil tempat tidurnya. Kegelisahan seakan tak ingin menghilang dari benak tingginya. Terus berdenyut keras di balik kelopak mata putihnya.
Sementara tangan kanannya, Rex, sedang duduk di ranjangnya sambil memainkan jarinya dengan gesit di atas keyboard laptop. Menyusun strategi adalah keahliannya, beda sekali dengan laki-laki kurus itu.
"Hei, aku menemukan ini, lihat......."
Ragnar melangkah mendekati Rex. Kepalanya sedikit merunduk untuk melihat apa yang ada di laptop itu.
"Lihat ini, jika dilihat lebih teliti, tak ada mana yang mengalir dari lengan kanannya."
Jari-jarinya menyentuh dagunya sementara matanya melebar, "Jadi, maksudmu dia tak bisa menggunakan sihir di tangan kanan?"
"Tepat."
Senyuman licik membentuk kerutan di pipi Ragnar. "Informasi bagus."
---------------------------------------------------------
Jum'at, 16 Agustus 2049. Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 08.10.Pada sebuah TV LED tipis, sorak sorai keramaian tribun penonton terdengar jelas sebagai latar dari seorang reporter wanita yang meliput Turnamen.
Pertarungan pertama pada hari ini adalah pertarungan yang paling dinanti-nanti oleh penonton. Bagaimana tidak, Si Terakhir Saber akan melawan orang yang selalu mengganggunya, anak dari Menteri Keuangan Rearia, Ragnar.
Terlebih lagi, kubah kedap suara akan dimatikan. Suara yang tercipta di stadion akan sepecah suara peperangan, dan menjadikan pertandingan semakin memanas.
Saber menghela napas panjang sebelum masuk ke pertarungan.
"Menurutmu kita akan menang?" Saber menoleh pada Yuu yang di wajahnya sedang terlihat keraguan besar, "maksudku, mereka sangat kuat, dan aku hanya pendatang baru, jadi..........."
"Tidak perlu terlalu mendramatisir," jawab Saber dengan sedikit tegas, "menang atau kalah bukan urusan kita, harapan dan usaha lah yang bisa kita lakukan."
Yuu sedikit merasa aneh melihat sikap Saber. Dia lebih terlihat serius sekarang, sangat berbeda dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya, "bayanganku saja, atau Saber memang sedang serius?"
"Aku memutuskan untuk tidak bersembunyi lagi, tentu aku akan serius. Lagipula mungkin sekarang aku bisa balas dendam atas apa yang mereka perbuat padaku selama ini."
Tepat setelah Saber berbicara, lonceng besar berdenting keras. Tanda bahwa sudah saatnya mereka keluar dari kamar persiapan. Saber mengambil pedang hitamnya dan menatapnya selama sepuluh detik, lalu memberikannya pada Yuu.
"Kamu harus dalam kondisi penuh untuk bisa bertanding," ucap Saber. Yuu menatapnya dengan sedikit kerutan di dahinya.
"Lalu, Saber sendiri akan memakai apa?"
"Pedangku." Jawab Saber singkat, lalu pergi setelah Yuu menerima pedang hitamnya. Yuu menatap punggung Saber yang sedikit gelap karena membelakangi cahaya.
Sebuah pedang menggantung di pinggang kirinya. Seketika Yuu langsung sadar bahwa pedang itulah yang Saber maksud. Saat Yuu menatap punggung Saber, ia merasakan ujung jarinya bergetar seperti terkena sengatan listrik.
Entah kenapa....................
Yuu bisa mendengar teriakan penonton yang tak percaya saat mereka sudah memenangkan pertandingan, meski mereka sendiri belum memulainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Dragoneer: Zero
Fantasy«Completed» Dua tahun setelah Saber dan Nora bertempur. Saber yang dibawa oleh kerajaan harus menepati janjinya untuk kembali kepada Lucia. Di sisi lain, ia harus menyembunyikan identitasnya sebagai di kalangan calon ksatria kerajaan. Namun, semuan...