For What I Want (Bagian 1)

252 17 11
                                    

Senin, 17 Juli 2049. Kota Ashollow, Lembah Prymist, Pegunungan Vertmere. Jam 09.24.

Ketika sosok kegelapan itu mendekati, Veyr sama sekali tidak gentar. Ia mengerti kekuatan Archangel Azazel lebih kuat, tapi Surtur adalah Jotun yang mengakhiri Ragnarok dengan membakar sembilan dunia dengan apinya, dan juga membunuh Freyr.

Namun, meski begitu, Veyr tetap menunduk pada Azazel yang telah merasuki tubuh Yuu. Dengan seringai puas setelah mendapati rencananya sukses.

"Seluruh hormat kepada Archangel Penguasa, Azazel."

"....................," Azazel tak berbicara apapun selama beberapa detik, ia kemudian menjawab rasa hormat Veyr. "Simpan rasa hormatmu, raksasa penghancur, Surtur, sembilan dunia tertunduk di depanmu," membalas rasa hormat Veyr, Azazel menunduk sambil mengayunkan tangannya ke dadanya. Tentu dia akan merasa lebih terhormat saat bertemu dengan raksasa api yang sekuat dewa.

Azazel menoleh ke kanan-kiri nya. Bola mata hitamnya bergulir ke atas, bawah, kiri, kanan, saat melihat dunia di sekelilingnya, "sudah lama aku tidak melihat dunia ini," ucapnya, ia kemudian menatap Veyr dengan irisnya yang bercahaya merah, "apa urusan engkau memanggilku, wahai raksasa api yang membakar dunia?"

"Bukan untukku," Veyr menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu menunjuk Azazel dengan jari telunjuknya yang dilapisi armor berapi, "tapi untuk gadis rubah itu."

Azazel menatap dirinya sendiri. "Begitu, jadi gadis ini berhasil menguasai sisi lain dirinya, ataukah ada hal lain yang bisa engkau jelaskan, wahai raksasa api?"

"Tentu, aku memilih pilihan kedua dalam kasus ini," Veyr menjelaskan segalanya tentang mantra sihir hingga bagaimana Azazel bisa merasuki Yuu. Azazel sangat mengerti setiap kata yang keluar dari mulut Veyr. Selama ini, meski tak pernah menunjukkan dirinya, Azazel tahu benar apa yang terjadi di dunia luar, ia mengerti setiap perubahan meski tak dapat melihatnya secara langsung.

"Begitu ya, aku mengerti," gumam Azazel setelah Veyr menjelaskan dengan sedikit bagian yang disembunyikan.

"Sekarang, Azazel, karena jiwamu telah berhasil merasuki Nona Adgrei, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?"

Tanpa ragu, Azazel mengangguk dan mempersilahkan.

"Apa itu sisi gelap Nona Adgrei?"

"Aku lebih suka menyebutnya sebagai wujud kebenaran daripada sisi gelap," setelah Azazel menjawab singkat, ia kembali menjelaskan sebelum Veyr bertanya kembali, "meski kalian bilang "wujud gelap", tapi itulah wujud sebenarnya dari Nona Eurelia Creslin Adgrei. Walaupun sebenarnya kita tidak bisa menyebutnya memiliki dua kepribadian. Ini seperti dirimu berada di alam liar, kau harus berusaha untuk melawan, untuk membunuh atau dibunuh, untuk memakan atau dimakan, seluruh sifatmu yang sebenarnya akan muncul tanpa kamu sadari. Itulah wujud kebenaran, Nona Adgrei bukan memiliki dua kepribadian, tapi dia lebih menjadi "serigala yang berada di alam liar" dan dengan sedikit peningkatan kekuatan pada tubuhnya."

"Baiklah, terima kasih atas jawabannya, lalu aku ingin bertanya satu hal lagi."

"Silahkan."

"Kenapa anda, yang seorang pemimpin malaikat jatuh, tidak melawan wujud kebenaran itu?"

Pertanyaan Veyr membuat mulut Azazel seakan membeku. Beberapa detik kemudian, ia membuka mulutnya.

"Bisa dijelaskan seperti ini, suatu ketika, seorang pelayan datang ke rumah orang kaya dan melamar pekerjaan. Tuan rumah itu baik dan ramah, sehingga ketika si pelayan diterima, dia sangat senang. Si majikan sangat baik kepadanya, sehingga ia bersumpah bahwa apapun yang terjadi, dia akan terus mematuhinya, apapun yang terjadi. Namun, secara tiba-tiba, suasana berubah dengan cepat. Pembantu itu diam-diam mendapati si majikan tiba-tiba bersikap kasar kepada yang lainnya, tidak seperti dia yang sebelumnya. Anehnya lagi, Si Majikan tetap bersikap ramah dan baik di depan si pembantu. Meski si pembantu mengetahui kebenaran itu. Suatu ketika, karena tidak tahan dengan perilaku si majikan, hampir semua pembantu lain mengundurkan diri. Tapi, si majikan tidak merubah sikapnya hingga seluruh pembantunya mengundurkan diri. Karena merasakan hal yang tidak baik akan terjadi, dia berpikir untuk mengundurkan diri, tapi sayangnya, dia telah bersumpah. Pada akhirnya, dia hanya bisa menerima kehidupannya dengan majikan yang hanya baik di depannya saja."

Setelah Azazel bercerita panjang lebar, Veyr mengerti dengan keadaannya. Azazel memperlihatkan iris kosong yang menandakan dia kesepian. Selama bertahun-tahun, dia pasti menderita berada di bawah bayang-bayang sisi gelap majikannya.

"Tapi," Veyr mengepalkan tangannya. "Kita masih bisa mengubahnya!"

"Percuma. Sudah aku bilang kalau dia bukan memiliki dua kepribadian, kita tidak bisa melenyapkan kepribadiannya yang hanya satu."

"Tidak."

Veyr menyeringai sebelum melanjutkan. "Kita masih punya kesempatan!"

---------------------------------------------------------
Tanggal yang sama. Sebuah wilayah di Siberia. Jam 10.45.

Pemuda itu berlari dengan kakinya yang kokoh, menembus hutan yang dingin dengan pepohonan yang sangat tinggi. Dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari manusia biasa.

Dia penuh dengan keraguan sejak dua jam lalu, tapi keputusannya kali ini sudah bulat.

Arden, nama pemuda itu, dengan membawa nama <Zombie> ia telah menjadi anggota Abyss selama lebih dari lima tahun. Belum pernah sekalipun ia membangkang pada setiap keputusan yang diucapkan oleh mulut licik dan jahat—Nigel Rosewood. Namun, ini adalah saatnya ia harus pergi.

Enam tahun lalu, ia berada di situasi antara kehidupan dan kematian oleh kutukan monster. Selama setahun lebih, ia merasakan sakitnya sekarat seorang diri. Sampai <The Queen> datang dan menyelamatkannya. Memang tidak menghidupkannya kembali, karena itulah ia mendapat julukan <Zombie>. Selain itu, limiter manusia* nya telah hancur sejak ia mati.

Sejak saat itu, ia selalu merasa berhutang nyawa pada <The Queen>, tapi, sayangnya ia selalu tak sempat untuk membayarnya. Karena itulah, saat ia mendengar akan adanya pembunuhan yang ditujukan kepada <The Queen>, setidaknya ia ingin memberitahukannya terlebih dahulu kepada <The Queen> agar ia bisa lari.

Kerajaan Rearia, berada di titik misterius yang tersembunyi di peta manapun. Namun, seluruh anggota Abyss atau orang tertentu tahu lokasinya. Benua itu berada di titik tergelap di wilayah utara. Tidak mungkin bisa ada yang menemukannya, dan musimnya pun ditentukan oleh kondisi mana.

Tentu ada laut yang membentang sejauh mata memandang, tapi semenjak ia menjadi mayat hidup, kekuatannya bukan lagi kekuatan orang biasa. Hampir mustahil, tapi tekadnya mengalahkan keraguan itu.

Dia terus berlari sekuat tenaga, dan ia akan berenang sekuat tenaga sejauh ratusan kilometer jauhnya. Meski kemungkinan ia akan menemukan daratan untuk istirahat sejenak.

---------------------------------------------------------
Tanggal yang sama. Markas Besar Abyss, Siberia. Jam 11.21.

"Bagaimana hasilnya, Amber?"

"Sangat baik, Ketua."

Nigel berjalan ke samping, Amber, si <Mad Scientist>. Di hadapannya adalah sebuah alat berwujud tiang setinggi lima meter, dengan diameter sekitar dua puluh sentimeter.

"Apa sudah siap digunakan?"

"Setelah saya merampungkan sistemnya, maka hanya tinggal menekan tombol," jawab Amber sambil terus mengetik sesuatu.

Nigel menyeringai puas. "Bagus, sangat bagus Amber. Kau telah membuatku bangga."

"Saya sangat berterima kasih atas pujiannya, Ketua."

Nigel berbalik, lalu berjalan pergi dari sana. Tapi, sebelum ia melewati pintu, ia berhenti sejenak.

"Sebagai hadiahnya, kau boleh menekan tombol itu setelah benar-benar rampung."

"Apa anda serius, ketua?"

"Aku sangat serius."

"Saya sangat terhormat, ketua. Selain itu ketua, MASC akan aktif dua puluh empat jam setelah tombolnya ditekan."

"Baiklah, itu sudah cukup bagus. Kau telah bekerja keras."

"Ini tidak seberapa, Ketua."

Nigel kembali berjalan pergi. "Baiklah, teruskan pekerjaanmu."

* * *

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang