Perempat Final Turnamen (Bagian 3)

106 10 4
                                    

Kamis, 22 Agustus 2049. Stadion Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 09.00

TIGA!!!!

DUA!!!!!!

SATU!!!!!!

PERTANDINGAN DIMULAI!!!!!!!!

Debu tanah yang kuning kecokelatan terhempaskan angin dari lompatan sang ksatria elf. Tubuh kecil itu melambung vertikal menuju sang naga berambut putih. Bagai petir yang menyambar, api hitam meledak saat Erin mencabut dua belatinya. Konstenrasi tinggi dari mana yang kuat menyelimuti sang ksatria dengan zirah mengilap.

Belati berayun, membuat suara saat memotong angin, dilanjut oleh suara nyaring dari dua logam yang berbenturan. Angin berhembus seperti sebuah ledakan. Mana dengan kemurnian tinggi menyebar cepat memenuhi arena. Jika kubah transparan itu tidak ada, mungkin baris depan tribun akan terhempas jauh ke belakang.

Nora bergerak tak secepat rekannya. Dia berlari, kecepatannya semakin tinggi semakin lama ia berlari, padahal belum semenit berlalu, tapi para petarung itu mengawalinya dengan semangat tinggi.

Pedang ramping diayunkan cepat. Jalur cahaya dari ayunan pedang tersisa di udara seperti sebuah lampu melayang. Reflek Yuu sudah terlatih sangat baik sampai dapat menangkis serangan itu dengan sebuah pedang. Pedang yang lain dengan cepat diayunkan horizontal menuju perut Nora, tapi Nora segera menendang pedang bertahan Yuu dan melakukan putaran di udara sebelum mendarat di tanah.

Yuu melakukan kuda-kuda untuk menguatkan kaki, dan melompat jauh dengan dua pedang yang diangkat. Sebuah ayunan bersamaan diambil, memukul mundur Nora yang bertahan dengan pedangnya. Tapi itu tak berarti apapun. Nora mendarat sempurna di atas tanah.

"Kau kuat, tak kusangka," ucap Nora sambil memperlihatkan senyum biasanya.

"Kau jauh melebihiku."

Mereka mengencangkan cengkeraman tangan sebelum kembali beradu ayunan pedang. Keduanya setara, entah karena Yuu memang menjadi kuat setelah diajari Saver, atau Nora yang menahan kekuatannya.

Sementara, hampir tak ada celah yang diberikan Erin pada Saber. Mereka melakukannya dengan serius, tanpa ada saling menahan diri. Tak ada seringai sedikitpun pada Saber, tapi Erin menampakkan barisan gigi putih selama menyerang.

Saber tak memakai zirah hitamnya sedikitpun. Dia tahu itu tak berguna. Kekuatan lain yang ada di dalamnya, yang berusaha ia tekan, pasti akan menerobos keluar saat dia memakai Zero. Harusnya itu adalah sebuah kesempatan bagi Erin.

Namun, semakin lama Erin bertarung, dia malah merasa semakin kesal. Jiwa petarungnya menganggap apa yang dilakukan Saver adalah sebuah penghinaan. Tentu saja, dilihat bagaimanapun, meski Saber tak menggunakan zirah hitam, dia masih dapat imbang melawan Erin.

"Kau meremehkanku," dengus Erin sambil mengayunkan dua belatinya. Saber menangkis dengan pedang partikel yang bercahaya.

"Aku tidak meremehkan siapapun."

"KALAU BEGITU GUNAKAN ZIRAH ITU!!!!!!!!!!!!!!"

Belati diayunkan vertikal. Sangat cepat, sangat kuat, dan sangat akurat. Hanya butuh sepersekian detik untuk belati itu dapat membelah dua kepala Saber. Tapi, ksatria pedang yang sudah berpengalaman dalam lebih dari 600 pertarungan tentu dapat menghindarinya.

Saber memiringkan pedangnya. Dua belati itu meluncur lurus mengikuti arah mata pedang. Sementara tangan Saber berusaha menahan kekuatan mengerikan dari ayunan belati Erin.

Gadis elf itu sampai terguling lima meter ke belakang. Iris matanya menatap tubuh yang berdiri kokoh bagai tiang. Tak tergoyahkan, sebagian tertutupi oleh debu yang beterbangan.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang