Rencana C

201 15 4
                                    

Senin, 18 Juli 2049. Pegunungan Vertmere bagian dalam. Jam 11.21. (4 jam, 04 menit sebelum M.A.S.C. aktif)

Nora's PoV

Keputusan yang kurasa sangat tidak adil ini memang diucapkan Saber, bagaimanapun juga, dia memang orang yang seperti itu. Meski dia hanya ingin disebut <Pahlawan Pembunuh> tapi apa yang dia lakukan lebih mulia seperti pahlawan itu sendiri.

Tapi, melihat peluang yang mungkin bisa kita lakukan, hanya dua pilihan itulah yang cukup besar persentase kemenangannya, meskipun aku tidak terlalu setuju dengan keputusan ini.

Bagaimana jadinya jika Saber tak bisa memakai sihir lagi?

Aku sangat ingin protes padanya, tapi jawaban yang kuterima pasti selalu sama—hanya inilah caranya—dengan wajah datar seolah tanpa penyesalan.

Berdiri di atas sebuah menara dari anyaman sulur-sulur, tidak buruk juga. Kakiku terasa lembut seperti menginjak karpet tebal, dan itu sedikit membuat pikiranku tenang.

"Ayo."

Saat Saber mengangkat tangannya, keraguan mulai merambat ke kepalaku. Ketakutan akan kegagalan menggelayuti pundakku seperti sehelai handuk basah yang dingin.

Tapi melihat wajah Saber yang sangat serius, keraguanku langsung menghilang. Apa yang akan menyebabkan kita gagal adalah keraguanku, karena Saber sudah berdiri dengan keberaniannya di sana.

Tanpa Sadar, aku juga mengangkat kedua tanganku, mencoba fokus akan satu hal yang sangat penting—keberhasilan akan misi ini. Mana yang terasa seperti aliran lembut air sungai mengalir dari ujung-ujung jariku, membentuk sebuah bola mana raksasa, seperti yang seharusnya terjadi.

"Wahai pengikut vampirku, jawablah panggilanku."

Aku tahu Flare Ball berfungsi sebagai suar, tapi Saber memusnahkan 95% pasukannku dua tahun lalu, jadi hampir tidak akan ada yang menjawab meski aku membuat Flare Ball sebesar matahari pun.

Cukup waktu sekitar lima belas menit untuk membentuk sebuah Flare Ball, tapi apa yang kita lakukan saat ini adalah menyatukan dua jenis mana berbeda untuk menjadi sebuah bola mana padat, pasti dibutuhkan waktu lebih lama untuk itu.

Saat aku sedang berfokus pada mana, suara dentuman keras membuat konsentrasi ku buyar seketika. Aku langsung menoleh ke arah hutan, dan kudapati asap hitam muncul dari dalam sana, tak terlalu jauh dariku.

Seketika aku memikirkan teman-temanku. Dentuman dan asap pasti pertanda buruk.

"Nora, tetap fokus!!!!"

Setelah Saber mengatakan itu, aku terkejut sebentar, tapi langsung berlalu dan aku kembali konsentrasi pada mana. Flare Ball mulai berubah warna menjadi merah darah seperti sayap kakakku, Sang Leluhur Kedua.

Suara dentuman kedua tak terlalu besar, tapi cukup mengejutkan, meski begitu aku tetap fokus akan mana yang mengalir keluar agar bola raksasa padat di depanku tidak meledak.

Tanganku mulai merasakan kram, keringat dingin juga menetes dari dahulu. Betapa sulitnya mempertahankan konsentrasi pada saat itu. Saat melihat Saber Yang berdiri satu setengah meter di hadapanku, aku sangat salut pada dirinya yang masih tetap fokus dengan wajahnya yang tenang, seolah tak menghiraukan apapun yang terjadi di sekelilingnya.

Sudah setengah jam lebih kami mengumpulkan mana untuk bola mana raksasa, dan itu belum selesai. Tidak sampai diameternya sekitar dua meter, sama seperti dulu.

Tanganku sudah tidak kuat lagi. Darah seakan tidak mengalir di kedua tanganku. Fokusku kurang, ditambah suara ledakan dan jeritan yang membuatku semakin khawatir.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang