Naga dan Malaikat

132 10 2
                                    

Kamis, 22 Agustus 2049. Stadion Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 09.12.

Biasanya, pasangan Saber dan Yuu menyelesaikan pertandingan turnamen kurang dari sepuluh menit. Siapapun musuhnya. Ada kalanya lama, tapi tak sampai melepaskan kekuatan lain. Begitupun dengan Erin dan Nora. Baru kali ini mereka terlihat kewalahan satu sama lain.

Riuh suara penonton berteriak menggebu-gebu, penuh dengan semangat membara. Tim yang tak diharapkan—Saber dan Yuu, kini menjadi tim unggulan yang layak dipertaruhkan. Bahkan keluarga kerajaan yang duduk di tribun utama sebelah kanan menarik pipinya, menciptakan senyum tipis saat melihat aksi mendebarkan dari pertarungan yang tak dapat ditebak.

"Oh ya ampun, dia bahkan tidak menahannya sama sekali," gumam seseorang yang tengah bersandar pada pilar tebal belakang tribun. Seringai muncul menampakkan barisan gigi putih. Angin pelan berhembus menyingkapkan jubah biru tua tipis, menampakkan zirah perak mengilap, "tapi itu bagus, dia akan terlihat keren nanti."

Matanya menatap lurus pada laki-laki berambut putih yang memakai zirah naga.

Sementara, sang Dragoneer Bahamut menyiapkan kuda-kudanya. Pedang panjang dicengkeram erat oleh kedua tangan, terangkat lurus dengan ujung yang menghadap langit, kemudian dia memiringkannya.

Yuu berdiri dengan zirah tipis yang menutup sebagian tubuhnya. Mantra sihir belum dilafalkan. Dia hanya memakai wujud sementara dari Azazel sebagai armor, dan itu terlampau lemah dari kekuatan aslinya.

"Ayo!"

Erin membungkuk, kaki ramping dan kokoh itu menghancurkan pijakan tanah saat ia melakukan tolakan. Dua buah belati diangkat tinggi dengan cahaya ungu yang panas. Tangannya mengayun, menciptakan jalur melingkar dari api hitam kebiruan.

"HEAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!"

Cepat, Saber menangkis serangan itu dengan ayunan pedang hitam yang tak kalah cepat. Percikan api seperti kembang api meledak berhamburan jatuh ke tanah. Kedua tangan Saber cekatan mengubah posisi cengkeraman, lalu dia mengayunkan pedang ke arah berlawanan.

Tubuh Erin langsung berputar ke depan begitu menyentuh tanah. Dia mengubah posisi lengannya. Kedua belati dipegang terbalik. Erin cepat bangkit dan mengayunkan belatinya. Saber mundur dengan lompatan, memberi jarak di antara mereka hingga tiga meter.

"Lumayan," ujar Saber.

"Yeah, baru kali ini aku berkeringat," balas Erin sambil melaju kembali.

Sementara itu, gadis serigala yang kini kuatnya bukan main mengayunkan pedang besarnya seperti sedang menari. Setiap putaran, setiap ayunan, setiap lompatan, dia melakukan semua itu seolah pedang yang digenggamnya tak memiliki massa sama sekali. Nora tampak kewalahan menghindari setiap serangan Yuu yang tajam. Belum sama sekali Nora meluncurkan serangan.

"Kamu penuh keraguan," ucap Yuu, sambil mengayunkan pedangnya secara horizontal. Nora menghindar dan membuat jarak, lalu Yuu melanjutkan, "kamu sedang melawanku, kenapa kamu masih ragu?"

Nora tak menjawab sama sekali. Jelas pada raut wajahnya dia sedang dalam kondisi tidak fit. Entah dia memang sedang sakit, atau sedang ada yang mengganjal hatinya. Yuu tak meluncurkan serangan lagi. Dia hanya menatap Nora, yang sejak tadi menundukkan kepalanya tanpa berbicara apapun.

Itu adalah kesempatan. Nora tak bergerak sama sekali. Bahkan genggaman tangannya tak terlihat seperti genggaman ksatria. Dia hanya terlihat seperti seorang gadis lemah biasa. Gadis yang tengah mengalami dilema hingga melupakan segala yang ada di sekelilingnya. Seharusnya, itu adalah kesempatan emas bagi Yuu untuk menyerangnya dengan serangan tajam beruntun.

Namun, saat dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, dia menancapkan bilah hitam mengilap itu ke tanah. Suara sorakan penonton berubah menjadi tarikan napas terkejut. Sepanjang sejarah Turnamen Besar Rearia, baru kali ini ada peserta yang menancapkan senjatanya ke tanah. Tanpa perlawanan, itu bisa disebut penyerahan diri.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang