Persiapan

15 2 0
                                    

Sabtu, 24 Agustus 2049. Akademi Khusus Ksatria Kerajaan. Jam 09.30.

Pada awalnya, niat Saber adalah menemui Nora di kamarnya. Urusan menyelinap bukanlah perkara sulit. Dia tahu Erin selalu pergi saat pagi, terutama saat sibuk seperti sekarang, sementara Nora tidak memiliki acara, setidaknya jika tidak diajak oleh gadis itu. Karena itulah Saber mengirim pesan singkat pada Nora agar menemuinya nanti.

Namun, Nora meminta perpanjangan waktu. Dia ingin bertemu agak siang karena beberapa urusan saat pagi. Sangat kebetulan karena Saber juga ternyata pergi dulu menemui Voscas Setemia.

Setelah lama menunggu sembari menghindari orang-orang jurnalis, dia akhirnya sampai di atap gedung Kelas Teori dan Praktek Sihir Alkemis. Gedung paling tinggi dibandingkan gedung-gedung lainnya, dan sebetulnya paling dilarang untuk dimasuki tanpa izin karena banyaknya barang-barang kimia, tapi tentu saja menyelinap bukanlah urusan sulit bagi Saber maupun Nora.

Di atas atap berlatar langit biru, dia berdiri. Sepatu boot cokelat muda menapak di atas beton abu-abu yang dingin. Kaki panjang tertutup kaos kaki selutut. Kemeja bersulam kain warna emas di bagian bahu menutup tubuh berlekuk ideal. Rambut perak berkilau yang merupakan mahkota sang vampir berkibas gemulai diterpa angin semilir.

Saber menatap terkesima. Jantungnya berdebar kencang, tapi entah kenapa dia tampak tenang tanpa perubahan. Dia baru mendarat di atap beberapa detik lalu. Sangat tepat waktu, tapi Nora sudah ada di sana seolah sudah menunggu lama.

Saber mengatur pernapasannya sebelum menarik napas dalam, kemudian berjalan mantap menuju Nora. Langkahnya terhenti ketika jaraknya sudah tinggal beberapa langkah saja dari gadis itu. Dia tak langsung memanggilnya. Saber tahu Nora sebetulnya sudah tahu kalau dia ada dibelakangnya. Insting dan kepekaan lingkungan Nora tak mungkin membuatnya tak menyadari itu.

Setelah beberapa detik merangkai kalimat yang muncul di kepalanya, Saber mulai membuka mulut dengan suara yang pelan.

"Aku pikir sudah waktunya kamu berbalik."

Nora tak tampak tertegun sedikit pun. Meski Saber ada di belakangnya, dia tampak tetap santai. Namun, dia juga tak segera berbalik seperti apa yang dikatakan pemuda itu.

"Lukamu sudah baik?" tanya Nora tanpa berbalik.

"Aku tidak mendapat luka serius. Bagaimana denganmu?"

"Cukup sakit, tapi terima kasih untuk darahmu, regenerasi vampir ku ternyata jauh lebih cepat." Nora berbalik dengan putaran singkat. Tampak senyum simpulnya yang manis menghiasi wajah yang kini tampak hangat. Nora kembali membuka kata, "itu benar. Aku baru sadar hingga sekarang, kau selalu menolongku, dari suplai darah hingga menyelamatkanku dari jurang kegelapan."

Saber memalingkan pandangan, "itu bukan apa-apa," bola matanya bergulir ke bawah, berpikir sejenak. Kecanggungan terjadi sejenak. Nora tidak berkata apa pun, dan Saber terlalu sibuk oleh pergolakan dalam pikirannya.

Angin berembus pelan, mengibaskan rambut yang diikat kuncir. Ketika melihat punggung Nora yang tegap, tetapi terlihat seperti menanggung beban berat, Saber mengepalkan tangan, lalu mulai membuka kata.

"Hei, Nora—"

Tapi Nora keburu memotongnya.

"Selamat atas prestasimu." Dia tidak tampak ragu, tidak juga terlihat gugup atau malu-malu seperti Nora yang biasa. Dia seperti sudah berlatih untuk aksinya sekarang. Nora menarik napas panjang, kemudian membuka mulutnya lagi, "yah, meski sebetulnya bisa dikatakan nanti, ya?"

"...................," kata-kata yang sudah Saber pikirkan lama tiba-tiba saja menghilang. Dia belum pernah merasa gugup seperti ini, dan belum pernah juga menghadapi Nora dalam tekanan yang berat seperti ini. Biasanya mereka berinteraksi tanpa halangan, seolah mereka adalah adik-kakak.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang