Iblis Kuno Kimaris

24 2 0
                                    

Dahulu, jauh sebelum datangnya kehidupan pertama di semesta, ada enam puluh empat cahaya dan enam puluh empat kegelapan mengembara di sepenjuru semesta. Mereka adalah penghuni pertama, paling tua dari yang tertua. Mereka awalnya adalah pecahan cahaya dan onggokan kegelapan, yang kemudian pecah menjadi enam puluh empat bagian.

Mereka adalah tetua semesta paling kuno, pilar-pilar semesta. Kekuatan mereka setara. Cahaya lemah terhadap kegelapan, kegelapan lemah terhadap cahaya. Tidak ada cahaya tanpa kegelapan, tidak ada kegelapan tanpa cahaya. Begitulah hubungan mereka.

Di antara para pilar tertua itu, ada mereka yang lebih tua. Sebuah kepribadian yang menjadi "ibu" dari seluruh cahaya dan kegelapan yang ada. Mereka adalah yang pertama. Pilar yang terlahir sebelum terpecah-pecah.

Ketika makhluk hidup pertama lahir, para pilar gembira. Semuanya bersorak sorai menyambut datangnya kehidupan baru setelah jutaan tahun lamanya. Kehidupan tunggal berganda menjadi dua. Dua kehidupan melahirkan kehidupan yang lain. Mereka bertambah banyak, terpecah, bermigrasi ke tempat yang luas. Evolusi mengubah wujud mereka. Mereka yang hidup di darat memiliki keturunan yang hidup di air, mereka yang hidup di air memiliki keturunan yang terbang di udara, mereka yang lemah terhadap api memiliki keturunan yang tinggal di dekat api.

Ketika akal diturunkan, kehidupan menjadi semakin baik. Banyak yang mati akibat alam, jadi mereka membangun rumah dan tembok. Banyak yang mati akibat penyakit, jadi mereka membuat obat-obatan. Kemudian mereka bertani, berburu, membuat pakaian bagus. Iklim berubah, mereka mencari jalan keluar. Betapa luar biasanya akal yang turun kepada para makhluk.

Ketika jumlah makhluk berakal semakin banyak, mereka menciptakan sistem pemerintahan. Orang-orang kuat memerintah, mengklaim wilayah, memakmurkan negeri yang mereka bangun. Mereka yang tersingkir harus berpindah, berkembang di tanah lain, dan menjadi penghuni tanah itu. Tiap-tiap wilayah memiliki keunggulan masing-masing, serta kekurangan masing-masing. Pada awalnya semua paham. Mereka bekerja sama mencari solusi untuk setiap kekurangan.

Sayangnya, seiring waktu berlalu, akal yang diturunkan mulai membawakan sisi negatif. Mereka yang "memiliki" menjadi haus akan "mendapatkan". Mereka yang "kuat" menjadi takut akan "kelemahan". Mereka yang "lapar" mendambakan "kenyang". Mereka menginginkan lebih, lebih dari apa yang mereka dapatkan. Mereka mengambil apa yang dimiliki orang lain, merampas, mencuri, lalu membunuh.

Itulah awal mula terjadi perang abadi di semesta merah. Tidak ada yang tahu siapa yang harus disalahkan untuk pertama kali. Makhluk-makhkuk di sana sejatinya memiliki kecerdasan lebih dari manusia, mengingat akal yang mereka miliki telah berkembang selama jutaan tahun. Karena terlalu cerdas itulah peperangan berlangsung lebih lama. Pertarungan yang awalnya didasari oleh hasrat untuk memiliki, menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup.

Hal itu mengguncang para pilar. Makhluk yang mereka kira akan membawakan kesejahteraan terhadap semesta malah berperang dan bertarung. Mereka kecewa, keberadaan para makhluk penghuni semesta itu mulai diragukan.

Cahaya dan kegelapan itu mencintai semesta jauh lebih besar daripada mencintai makhluk-makhluk yang tinggal di dalamnya. Mereka melihat penghuni semesta sekarang memiliki potensi untuk menghancurkan semesta. Karena itu timbullah perdebatan untuk memusnahkan penghuni sekarang, lalu menggantinya dengan yang lebih baik.

Di antara mereka, dua tertua cahaya dan kegelapan memilih untuk netral. Mereka paham bahwa hasrat untuk bertarung dan berperang dalam diri para penghuni semesta merah adalah abadi. Walau kehidupan mengalami pengulangan pun hasilnya akan tetap sama. Peperangan tetap akan terjadi. Namun, para pecahan yang lebih kecil tidak terima. Mereka mulai berperang, bertarung satu sama lain. Tidak peduli cahaya atau kegelapan, mereka membentuk kelompok, berperang layaknya makhluk yang mereka ragukan.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang