Azazel

277 16 0
                                    

Senin, 17 Juli 2049. Markas besar Abyss, Wilayah Siberia. Jam 06.55.

Salju putih tampak seperti selimut tebal yang menutupi daratan Siberia, salah satu daerah terdingin di dunia. Lebih parahnya, cuaca sedang tak bersahabat hari ini, badai salju turun sejak kemarin malam. Bahkan cahaya matahari pun enggan menembus kabut putih yang dingin, menjadikan lampu jalanan dan perumahan adalah satu-satunya penerangan.

Dalan cuaca sedingin itu, di kedalaman hutan, gedung kokoh dan tinggi berdiri tanpa terpengaruhi cuaca dingin. Itu adalah tempat yang cocok untuk dijadikan sebagai markas utama, meski bukan berarti tempat itu tidak terlacak radar atau satelit.

Namun, memang benar bahwa tidak ada satupun yang curiga terhadap gedung mengerikan itu. Pada dasarnya, gedung itu memang hanya sebuah gedung bekas laboratorium saat perang dingin.

Dan di sebuah ruangan lama, dingin dan menyeramkan, Nigel berjalan dengan seringainya yang jauh lebih dingin daripada udara di luar. Di tangannya, pemicu Mark-32 M.A.S.C. yang bisa menghancurkan satu kota dengan hanya menekan tombolnya yang bercahaya hijau.

"Ketua Rosewood !"

Saat Nigel berbalik, sosok remaja berambut hitam membungkuk hormat padanya. Dia adalah terkuat ke-16, Arden Van Burnt.

"Ada apa, <Zombie> ?"

"Saya dengar anda akan menghancurkan seisi Kota Ashollow."

"Benar."

"Apa anda tidak memikirkan <The Queen> ?"

"Dia memang berguna bagiku, tapi sudah saatnya dia berhenti."

Arden menggeretakkan giginya yang hanya taring. Dengan mata penuh kebencian dan kemarahan, dia menatap Nigel, tapi dia sebisa mungkin menahan amukannya.

"Ketua," ucapnya dengan sedikit berteriak, "<The Queen> adalah salah satu anggota yang sudah lama berada di sini, apa anda akan membuangnya begitu saja, setelah apa yang dia lakukan selama ini ?"

Nigel mulai kesal terhadap sikap Arden. Tatapan matanya yang sinis mulai diperlihatkan bersamaan dengan pancaran hawa dingin yang serasa menusuk tulang.

"Bukankah kita sudah memiliki <The Liberators> ?"

"Memang benar, tapi-"

"Jika kau sudah mengetahui kekuatan mereka, maka kau pasti mengerti bahwa tidak akan ada yang berubah meski kita mengorbankan satu atau dua orang anggota yang tidak berguna."

Mata Arden memerah. Sebagai seorang <Undead>, dia akan sangat buas dan sangat kuat saat mengamuk. Tapi, dia tahu benar kalau Nigel lebih mengerikan dari kelihatannya. Bahkan dia bisa menundukkan makhluk terkuat sepanjang sejarah, <The Ancient>, atau anggota terkuat pertama di Abyss.

Antara kesal dan sesal, Arden menggigit bibirnya sendiri. Darah merah bercucuran dan menetes ke lantai keramik yang dingin. Mendapati ketidak mampuannya, ia mengutuk dirinya sendiri.

Meski <The Queen> itu terlihat kuat, Arden sangat mengetahui bagaimana wujud asli <The Queen>. Jika dibandingkan dengan seorang manusia yang sudah tua, maka <The Queen> jauh lebih lemah darinya. <The Queen> adalah perwujudan dari seluruh hutan yang ada di bumi. Dengan kata lain, <The Queen> adalah salah satu makhluk tertua yang masih hidup. Sejak munculnya hutan pertama, <The Queen> telah tercipta. Tapi, semakin lama, hutan di bumi semakin hancur, dan sosok <The Queen> semakin lemah. Arden tahu benar kalau apa yang ada di balik wujud kuat <The Queen>, hanya ada sosok rapuh dan bisa dibilang hanya tinggal menunggu kematian.

Dan juga, alasan kenapa Arden sangat ingin membela <The Queen>, karena dia sangat berhutang padanya. Arden adalah seorang <Undead>, dengan kata lain, dia sudah pernah mengalami kematian. <The Queen> lah yang telah menghidupkannya kembali. Selain itu, alasan kenapa <The Queen> masuk ke dalam Abyss adalah untuk menciptakan dunia di mana tidak ada perusakan hutan, dan dia juga sangat membenci manusia karena hal itu.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang