Senin, 18 Juli 2049. Pegunungan Vertmere bagian dalam. Jam 08.15.
"Aku........................ menyukai.............mu, aku mencintaimu!"
Bagai angin yang berdesir pelan, kata-kata Arden menghempaskan segala keraguan Valna pada rencana kali ini. Valna tersenyum menanggapi pernyataan Arden.
"Oh, kenapa sekarang?"
Arden menoleh menatap rerumputan tipis di atas tanah, jari jemarinya tak bisa diam saat pikirannya tenggelam pada jawaban yang akan dia berikan. "Ngg.......... dalam cerita atau dongeng, biasanya tokoh utama akan mati sebelum mengatakan perasaannya, jadi.................."
Valna melangkahkan kedua kakinya mendekati Arden, "Menghindari kemungkinan terburuk memang baik, tapi apa yang dilakukan para tokoh utama bukan tanpa alasan," ucapnya.
Jari jemari tangan kanan Valna yang seperti ranting menyentuh lembut pipi tipis dan dingin di wajah Arden. "Alasan apa?"
"Agar memberi mereka semangat untuk memenangkan pertempuran. Mereka akan berusaha menang, kembali pulang untuk menyatakan perasaannya dan mendengar jawaban dari orang yang mereka sukai."
Valna menarik kembali tangannya, melakukan kembali pekerjaannya sebelum pergi untuk menjalankan rencana yang disusun bersama Saber dan yang lainnya. "Itu sangat berharga untuk diperjuangkan."
"Ja-jadi............"
"Aku tidak akan menjawabnya dulu, agar kita sama-sama memiliki alasan untuk bertemu kembali suatu hari nanti."
Serangan telak berbentuk kata-kata dalam sebuah senyuman membuat Arden terpaku sesaat. Ketika kepalanya yang dingin sudah menangkap seluruh maksud Valna, senyuman tipis tampak di mulutnya.
"Ya, kita harus menang dalam pertempuran ini!"
---------------------------------------------------------
Tanggal yang sama. Akademi Machenhaft. Jam 10.20."Hoi, Ivy!"
Gadis bertubuh kecil itu menoleh kebelakang, sosok tinggi berambut merah membuatnya terkejut karena sampai menghalangi sinar matahari.
"Le-Leo?"
Seringai lebarnya cukup mengagetkan ketika lengannya yang panjang merangkul leher kecil Ivy hingga hampir mencekiknya. "Hei-hei, tidak perlu kaku begitu!"
"A-aku hanya terkejut saja!"
Leo melepas lengannya kembali. Sementara Clifford menatapnya dengan tatapan datar seperti yang biasa dia lakukan.
"Tumben kau berjalan sendiri, mana Sara?" Tanya Clifford sambil celingukan mencari kehadiran gadis berambut coklat itu, tapi yang dia lihat hanyalah lalu lalang banyak murid.
"Sara sedang dihukum guru karena menghancurkan gudang belakang."
"Eh, kok bisa?"
"Kurasa dia hanya ingin mencoba sihir api hitam seperti Saber. Saber juga pertama kali terlihat memakai bola api hitam itu di sana, bukan?" Jawab Clifford sambil membetulkan kacamata minus empatnya.
"Maksudmu seperti fans fanatik?"
"Yeah."
Kantin besar itu penuh oleh para murid dan beberapa orang guru saat mereka sampai di sana. Kantin adalah ruang kedua terluas sebelum aula yang luasnya setengah lapangan bola. Tapi kantin juga adalah ruangan yang paling sering penuh saat istirahat berlangsung.
Tapi untungnya antrean tidak terlalu panjang karena terdapat delapan stan di sana, hanya saja meja-meja di sana sudah penuh sehingga Leo dan lainnya memilih untuk pesan makanan, dibungkus, dan memakannya di taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Dragoneer: Zero
Fantasy«Completed» Dua tahun setelah Saber dan Nora bertempur. Saber yang dibawa oleh kerajaan harus menepati janjinya untuk kembali kepada Lucia. Di sisi lain, ia harus menyembunyikan identitasnya sebagai di kalangan calon ksatria kerajaan. Namun, semuan...