Api abadi yang padam

322 22 2
                                    

Senin, 17 Juli 2049. Lembah Prymist, Pegunungan Vertmere. Jam 17.02.

"Neia zen diada!!!"

Pedang dengan lidah api menyala-nyala itu meledak ketika membentur tanah, tapi tetap percuma karena Phoenix itu bisa menyerap apinya, dan membuat api di sayapnya semakin besar.

"Ini pertarungan yang seimbang, tapi sulit," keluh Veyr sambil mengangkat kembali pedangnya.

Zeele menatap rendah Saber dan Veyr. Ketika mendengar nama Surtur, sebenarnya ia merasa kegirangan, tapi ekspresinya yang tenang membuatnya sulit ditebak.

Zeele hidup sebagai yang terkuat di kelompoknya, tapi selalu diremehkan oleh dunia karena rasnya yang merupakan turunan dari ras Demon. Dia tak ingin menerima itu. Harga dirinya yang tinggi seakan menyuruhnya untuk menjadi yang terkuat di dunia. Itulah mengapa dia merasa sangat senang saat Surtur sang raksasa api yang menghancurkan asgard sedang berhadapan dengannya.

"Itu bagus untukku."

Zeele mengayunkan tongkatnya, dan Phoenix terbang tinggi dengan lidah api menyala seakan membelah udara. Tak lama kemudian, api di sekeliling mereka, kecuali api menyala di armor dan pedang Veyr, semuanya tersedot ke tubuh Phoenix itu, dan semakin banyak api yang tersedot, semakin besar pula tubuhnya.

Veyr mundur selangkah saat melihat api yang jauh lebih besar dari miliknya.

"Ini gawat, api hitammu tidak bisa digunakan?"

"Aku akan menggunakannya dari tadi jika bisa. Zero bisa kutemukan, tapi aku tidak yakin api hitamnya bisa dipakai."

"Baiklah, kalau begitu tak ada pilihan lain, kau cari Yuu dan yang lainnya, akan kuhadapi anak ini."

"Kuserahkan padamu!" Saber berlari ke hutan, mempercayakan pertarungannya pada Veyr yang juga memiliki elemen api.

Veyr berjalan dengan mantap ke depan, menghadapi Zeele dan phoenixnya yang menggila. Suhu panas yang dihasilkan seakan tak ada apa-apanya bagi Veyr, tapi suhu panas itu telah membakar pohon-pohon di sekeliling mereka.

"Ayo, Surtur," Veyr menggenggam erat gagang pedangnya. Api yang menyala di bilah pedang itu semakin besar.

Veyr memastikan Zeele tak memiliki satupun Chariot. Tongkatnya sepertinya adalah tongkat sihir biasa, tak ada tanda-tanda mana lain dari tongkatnya.

"Baiklah."

Veyr menyiapkan kuda-kudanya dengan postur tegak. Ujung pedangnya mengarah lurus pada Zeele, sedangkan matanya menatap Phoenix itu dengan tajam. Saber segerai mengetahui posisi itu. Itu adalah kuda-kuda Veyr untuk memakai trik ciptaan Saber, yang membuat Saber bisa menang melawan Dorothy saat ia pertama kali masuk Machenhaft.

"Limit break!"

Api yang membakar Veyr perlahan-lahan berubah warna menjadi putih, dan suhu di sekelilingnya menjadi semakin panas seiring api Phoenix yang juga memanas.

Dengan teriakan yang memecah udara, Veyr meluncur dengan cepat ke arah Phoenix seperti sebuah roket. Ia mengayunkan pedangnya, api putih besar menyambar Phoenix, tapi hewan itu bisa menelan kekuatan Veyr, lalu mengumpulkannya dalam bentuk bola dan menembakkannya balik ke arah Veyr yang hanya berjarak dua meter darinya, tapi Veyr bisa membelah dua serangan itu dengan mudah.

Zeele melakukan sebuah gestur dengan tongkatnya. Phoenix segera mengerti arti gestur itu. Ia menyerang Veyr dengan sayap apinya yang lebar, dan Veyr bertahan dengan pedangnya.

"Guh!!!"

Veyr memutar tubuhnya ke samping serangan api itu. Menekan kakinya ke tanah, menyiapkan kuda-kudanya, dan meluncur cepat dalam waktu hanya satu detik saja.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang