M.A.S.C (Bagian 1)

196 13 2
                                    

Senin, 18 Juli 2049. Markas Besar Abyss, Siberia. Jam 07.21.

"Konfirmasi kematian <Tamer> selesai, dan hasilnya sudah pasti," ucap Elliot sambil menatap papan digital bercahaya biru yang dipegangnya. Informan profesional dari Abyss memang tak bisa dianggap remeh. Sejak Zeele mati, kabarnya langsung terdengar oleh para informan, dan pengonfirmasian dilakukan setelahnya.

"Satu lagi kita kehilangan ksatria berbakat," sesal Nigel, "lalu bagaimana dengan <The Queen>?"

Ketika ujung jari Elliot menyentuh layar LCD, hologram yang membentuk peta dengan titik-titik merah di permukaannya muncul. Elliot memperbesar satu titik di peta itu, menunjukkan wilayah pegunungan hijau. Sebuah titik merah berkedip di dalam hutan.

"Dia masih hidup, tapi pemancarnya kemungkinan besar sudah dicabut."

"Pembelot lagi? Aku tidak menyangkanya," ujar Nigel, "tapi itu juga memastikan <Zombie> benar-benar ada di sana. Nah, ambil sisi baiknya saja."

Elliot berusaha memikirkan apa yang telah dikatakan Nigel. Kata-katanya cukup berbelit-belit dan rumit. "Apa anda ingin menyingkirkan mereka?"

"Kita tidak perlu berlumuran darah, Sir Elliot," Nigel menatap jarum jam bercahaya seperti pijar di dinding, "delapan jam lagi, dan semuanya selesai."

Sir Elliot membuka mulutnya saat kepalanya mengingat hal itu. Tak diragukan lagi, Ketua Nigel memang berniat mengorbankan <The Queen>, serta <Zombie> yang membelot. Sangat mengerikan ketika memikirkan seorang pemimpin tertinggi tak ragu mengorbankan tiga anggota yang termasuk anggota terkuat hanya dalam satu hari.

"Saya mengerti, Ketua, saya rasa tidak ada lagi-"

Ketika Elliot menunduk hormat, Nigel memutarkan kursinya membelakangi Elliot, "oh, tentu masih ada yang harus kita lakukan, Sir Elliot," ucapnya.

"Apa itu, Ketua?"

"Memastikan kematian pembelot, itulah yang selalu Abyss lakukan."

---------------------------------------------------------
Tanggal yang sama. Lembah Prymist, Pegunungan Vertmere. Jam 08.00.

Nora membuka matanya, menangkap gambaran buram dari dunia luar. Tangannya bergerak menutupi cahaya yang menyilaukan matanya. Kehangatan menjalar menyelimuti tubuhnya. Jika dia bukan <13 Bangsawan>, cahaya matahari pasti akan membakar jiwanya.

"Di mana ini?"

Tidak seperti tanah di hutan, punggungnya merasakan kelembutan seperti berada dalam krim yang menelan tubuhnya. Hidungnya bergerak saat aroma bunga bersemerbak di hidungnya.

Saat matanya sudah membaik, ia mendapati langit biru dengan awan putih menggantung di antaranya. Tak ada dedaunan saat ia menatap lurus ke langit, seperti ia berada dalam savana luas di tengah hutan.

Saat Nora menoleh, sekumpulan orang berada di sekelilingnya. Itu adalah teman-temannya. Bibir mereka yang terus bergerak menunjukkan mereka sedang membicarakan sesuatu, tapi telinga Nora terlalu berdenging untuk mendengar percakapan itu.

"Sa......... ber?"

Panggilan lembut itu membuat mereka menoleh. Nora menyipitkan matanya agar bisa melihat mereka lebih jelas, "kaukah itu?"

Namun, ketika pandangan Nora sudhs lebih baik, ia mendapati seorang gadis berambut biru langit berdiri di hadapannya.

"Yuu?"

Mata Yuu terbelalak saat Nora menyebut namanya, alisnya terangkat seraya mulutnya yang sedikit terbuka, tapi tubuhnya tak menunjukkan ekspresi apa-apa.

Seven Dragoneer: ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang