Hingga bel pulang berbunyi pun pikirannya masih kalut dipenuhi oleh kejadian beberapa waktu lalu di perpustakaan. Ares merapikan tasnya dan segera keluar kelas. Ia harus pulang cepat supaya bisa keliling jualan lebih awal.
”ARES!” seru seorang cewek dari belakang menepuk pundaknya. Ares pun menoleh dengan tidak bersemangat sama sekali.
“Kok muka lo ditekuk gitu sih?”
”Nggak papa lagi pengen aja.”
”Ada yang mo gue omongin nih penting.”
”Sini aja.”
”Gak bisa! Ini tuh rahasia! Nggak boleh ada yang tau!”
Ares memutar bola matanya malas dan mengikuti Desy yang membawanya ke sebuah bilik tembok. Desy melipat kedua tangannya di dada lalu menatap kedua mata Area sok serius. “Cepetan deh ah gue abis ini mau jualan.” protes Ares.
”Ehm, gini Res. Lu tau kan kalo inak gue maniak siomay lo?”
”Trus?”
”Jadi gini, inak kaka gue mau resepsi gitu kan. Nah, inak gue mau ntar lu nyediain siomay 500 porsi buat resepsi inak kaka gue ntar. Gimana? Bisa?”
Perasaan gusar dan kalutnya yang sedari tadi mendominasi pikirannya pun seketika teralihkan ketika mendengar Desy yang mengatakan ingin memesan siomaynya sebanyak 500 porsi untuk acara resepsi.
Satu porsi dijual seharga 10rb rupiah itu artinya ia bisa mendapatkan kurang lebih 5jt rupiah untuk 500 porsi. Dalam hati Ares bersyukur teramat sangat kepada yang maha kuasa yang telah membukakan pintu rezekinya lebar-lebar.
”Serius lo?“ tanya Ares tidak percaya dengan mata yang dibuat menyipit curiga.
”Kapan sih gue php? Nggak pernah, yang ada ono ono yang phpin gue. Cih.” jawab Desy tiba-tiba berdecih kesal setelahnya.
”Kapan emang?“
”Minggu depan.”
“Deal?”
”Deal.”
Keduanya pun bersalaman layaknya acara TV yang sedang booming saat ini yaitu super deal dua triliun. Ares harus cepat-cepat pulang dan mengatakan kabar gembira ini kepada ayah dan ibunya. Di pintu gerbang seseorang sudah bertengger duduk di atas motor ninjanya. Siapa lagi kalau bukan si Adhitama tukang pamer dan sok keren itu?
Ares berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Adhitama yang sepertinya tengah menunggu seseorang. Ares tidak ingin tau, itu urusan Adhitama sendiri yang mau bertemu siapa pun, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya.
Baru saja ia melangkah sekitar 500 meter. Namun, terdengar suara klakson motor di samping kanannya. ”Naik.” perintahnya yang terdengar mutlak dan tidak bisa dibantah. ”Gak.” sahut Ares ketus kemudian kembali melangkahkan kakinya.
Adhitama dengan sigap meraih pergelangan tangan Ares dan menariknya hingga membuat tubuh Ares tidak sengaja menubruk dada Adhitama. “Gue bilang naik ya naik.” kali ini suara Adhitama mulai meninggi.
”Gue gak butuh tumpangan lo. Sorry hari ini gue gak bisa jadi kacung lo.” ucap Ares membuat Adhitama geram. Adhitama pun memcengkeram lengan Ares kuat-kuat hingga membuat Ares meringis. ”Naik atau gue cium lo disini, hah?!” pintanya paksa dengan kilatan mata yang menyorot tajam.
”Jangan biarin gue ngulang kata-kata gue lagi ato lo tau akibatnya.” ancam Adhitama penuh penekanan di setiap katanya, dan mau tidak mau Ares pun menaiki motor ninja Adhitama yang menurutnya aneh dan kurang nyaman untuk diduduki.
”Pegangan.” ucap Adhitama namun tidak ada reaksi apapun dari Ares yang sejurus kemudian Adhitama pun melingkarkan paksa kedua tangan Ares di pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...