Beberapa bulan lagi Bayan masuk taman kanak-kanak. Sambil berpikir Ares sambil menatap langit-langit kamar. Hah, ia menghela nafas. Di usia Ares yang terbilang masih muda, ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Itu berarti Ares harus bekerja lebih giat lagi.
Kalau dipikir-pikir Ares cukup luang saat malam hari. “Apa gue nyari kerja aja ya buat malem? Kan lumayan bisa nabung buat biaya sekolah Bayan ntar?“ batin Ares. Ia pun mulai mencari-cari informasi di sosial media. Barangkali ada pekerjaan dekat-dekat sini yang cocok untuk Ares.
Setelah mencari-cari lowongan kerja malam hari di berbagai situs. Pilihan Ares pun jatuh pada sebuah rumah makan. Dari rumah Ares terbilang cukup jauh. Tapi, tidak apa-apa. Ares bisa naik sepeda untuk menempuh jalan tiga kilometer lebih. “Besok gue kesana deh.“ gumam Ares. Ia pun bersiap-siap untuk segera tidur. Semoga ia diterima di rumah makan itu nanti.
Saat di sekolah Ares menjalani kehidupan sekolah seperti biasa. Namun, ia dikejutkan oleh seorang siswi yang menghampirinya ke kelas, dan berkata bahwa Pak Ben memintanya untuk segera menuju ruangan beliau. Tunggu dulu. Pak Ben itu selain menjadi guru olahraga, beliau juga guru BP. Duh, ada apa ini?
Ellie menatap Ares dengan tatapan menakut-nakuti. Dasar Ellie. Pintar sekali dia menciutkan nyali Ares. Kalau ada hantu mungkin Ares bisa lari. Tapi, kalau sudah berhadapan dengan guru BP, mau seakrab apapun tetap terasa lebih horor daripada hantu asli.
Di ruangan Pak Ben, Ares duduk berhadapan. Raut muka Pak Ben terlihat sangat tidak bersahabat. Ada apa gerangan? Oh tuhan, jangan sampai Ares terlibat kasus-kasus aneh di sekolah. Ares tidak ingin mengecewakan ayah dan ibunya.
“Maaf, kalau saya boleh tau.. Ada apa ya pak?“ tanya Ares memberanikan diri.
“Saya nemuin video kamu Ares.“ ucap Pak Ben. Video? Video apa?, batin Ares mulai panik. Jangan-jangan ini video asusila. Tapi, tidak, Ares tidak pernah berbuat seperti itu. Pacaran saja ia tidak pernah. “Kamu liat sendiri.“ ucap Pak Ben dingin.
Ares menelan ludah susah payah. Ia pun meraih ponsel Pak Ben dan menonton video yang Pak Ben maksud. Jantung Ares berdegup kencang. Kedua alis Ares langsung mengkerut. Darimana Pak Ben bisa mendapatkan video ini? Ia pun menatap Pak Ben meminta penjelasan.
“Kenapa kamu nggak cerita sama saya Ares?“ ucap Pak Ben. Ares diam. Pak Ben sungguh menyayangkan kemampuan renang Ares setelah menonton video tersebut. Di video itu terlihat jelas Ares tengah mengikuti perlombaan renang antar provinsi. Kemampuannya sangat luar biasa sampai-sampai ia meraih urutan pertama. Ini sungguh di luar dugaan.
Ares menunduk sedih. Ia serasa bernostalgia kembali ke beberapa tahun silam. Tepatnya ketika ia duduk di bangku kelas 2 SMP. “Kamu tau, kan? Kamu bisa jadi atlit handal dengan kemampuan kamu itu?“ ucap Pak Ben. “Iya pak..“ suara Ares sedikit bergetar.
Sungguh ia mencintai dunia renang. Tapi, ia juga tidak ingin egois. Masuk ke dalam dunia atlit sama saja dengan menyita waktu kerjanya. Bagaimana nasib keluarganya nanti? Ares tidak mengatakan kalau profesi atlit itu adalah profesi yang tidak menjanjikan. Bahkan jika ia mendapat uang saku selama pelatihan, juga tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Gimana? Bisa?“ seru Pak Ben memastikan. Pak Ben sendiri berharap penuh pada Ares. Selain beliau ingin Ares berprestasi, beliau juga ingin Ares mengharumkan nama sekolah di luar sana. Pak Ben mengerti posisi Ares saat ini sebagai tulang punggung keluarga. Sulit memang. Tapi, Pak Ben berharap Ares mampu memberikan keputusan terbaik.
“Saya pikirin dulu, pak. Tapi, saya minta maaf kalo saya nggak bisa kasih keputusannya cepet-cepet.“
“Kalo bisa kamu konfirmasi sebelum tanggal 20 ya Ares.“

KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...