Barra duduk di depan Ares sambil tersenyum sumringah. Ia meletakkan sebotol susu rasa pisang di hadapan Ares. Barra sudah kembali pada kebiasaan lama. ”Bar.. Nggak bosen lu beliin gue susu mulu tiap hari?” ucap Ares.
”Gue mo pdkt ama lu Res,” sahut Barra. Senyuman Ares mendadak meredup. Barra tidak pernah main-main dengan perkataannya. Jauh dalam hati Ares tidak ingin Barra sakit hati suatu saat nanti. Ares tidak ingin Barra dalam rasa yang hampa dan tak terbalas. Harus bagaimana Ares supaya bisa membuat Barra menyadari semua ini?
”Maen bola yuk Res! Kak Barbar!” seru Oemar. ”Gue Barra ya~ Bukan Barbar.” sahut Barra sebal. ”Kuy lah!” seru Ares merapikan buku di meja terlebih dahulu. Selain Ares merasa bosan karena di kelas melulu, ia juga ingin menghindari Barra dengan sejuta kata-kata manisnya ingin pdkt dengan Ares, katanya.
Kebetulan beberapa hari ke depan adalah masa orientasi siswa. Meski begitu dari kelas satu sampai Kelas tiga dihimbau untuk tetap berhadir. Padahal dari pagi sampai pulang jam belajar kosong semua. Itulah mengapa Ares memilih menyempatkan diri membaca buku di kelas atau di perpustakaan.
Dimana ada duo Ares dan Barra disitulah para gadis berteriak histeris. Para gadis pun langsung berkumpul di pinggir lapangan. Mereka tidak henti-hentinya berdecak kagum memuji ketampanan Ares dan Barra. Sesekali Ares mengangkat seragamnya untuk mengelap keringat dan menampakkan pahatan-pahatan di perutnya yang terukir sangat indah.
Laras tidak sengaja lewat dan melihat Ares bermain bola di lapangan. Laras diam. Dalam hati ia juga sangat dan amat sangat mengagumi Ares. Hanya saja Laras tidak ingin bersikap lebay dan norak, berteriak-teriak tidak jelas sampai suara serak.
”Lu serius mau deketin Ares?” seru Ulfa. Laras diam sebentar menatap Ares dari kejauhan. Teriakan Ares meminta bola di over menggema. Ini membuat teriakan para gadis juga semakin kencang. ”Hm,” sahut Laras mengiyakan.
”Serius? La, lu pikir-pikir lagi deh kalo mau deketin Ares. Dia tuh—”
”Kenapa? Emangnya Ares kenapa?” sahut Laras menatap Ulfa dingin. Ia tau kemana arah pembicaraan Ulfa. Sekarang apa lagi? Kasta? Tahta? Harta? Siapapun Ares, Laras tidak peduli. Laras tidak pernah memandang status sosial seseorang entah dalam dunia pertemanan ataupun percintaan. Karena ketulusanlah yang lebih berharga.
Ulfa jadi serba salah. Dalam hati ia menggerutu mengapa Laras mau-maunya berteman dengan Ares? Ah, lebih tepatnya ingin mendekati Ares dengan tujuan dijadikan pacar. Bisakah Laras sadar sedikit? Ares itu orang miskin berkasta rendah. Berbeda dengan Laras atau Ulfa yang memang dari kalangan berada.
”Dia emang bukan orang kaya Ul, tapi dia punya ketulusan yang kita sendiri nggak punya. Dan lu..” ucap Laras lalu menatap Ulfa lurus dan sedikit tajam. ”Lu nggak tau apa itu ketulusan.” ucap Laras menohok. Kalau saja Laras bukanlah teman bisnis sang ayah, Ulfa sudah pasti menampar mulut Laras yang pedas seperti cabai itu.
Keanu bergabung dengan tim sepak bola di lapangan. Tentu karena disini juga ada Barra. ”Hah? Lu bisa main bola juga emang?” cetus Ares tidak percaya. Kapan terakhir kali Ares melihat Keanu bermain bola di sekolah ini? Tidak pernah! ”Ngeremehin gue?” sahut Keanu. Ia pun tersenyum miring. ”Kita duel,” ucap Keanu. Lalu, melirik ke arah Barra sebentar.
Oemar berpindah tugas menjadi wasit. Ini adalah pertandingan sengit antar dua buaya. Hehe, buaya darat, batin Oemar. Skor antara tim Ares dan Keanu adalah seri. Ini sungguh di luar dugaan Ares kalau Keanu bisa bermain sepandai dan sebaik itu.
Di menit-menit terakhir Keanu tersenyum remeh. Ia pun berlari dengan kencang mencover bola sampai ke gawang. ”Yes!” seru Keanu. Pertandingan pun dimenangkan oleh Keanu. Namun, ada satu hal yang terjadi yang membuat Keanu panik bukan main. Entah bagaimana ceritanya kacamatanya terjatuh. Pun behelnya terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...