EDGAR:
“Jam 9 pagi di Bandara, saya pulang ke Amerika.“Sebelum matahari terbit Edgar mengirimi Deon sms singkat. Terserah mau Deon ingin menyusul Edgar atau tidak, Edgar hanya ingin mengabari saja tanpa ada maksud apapun. Edgar pun segera bersiap-siap. Jangan sampai tuannya sendiri kesusahan karna ia terlambat bangun dan mempersiapkan kepulangan kembali ke tanah air sendiri. Terlebih hari ini akan bertambah satu orang lagi yang akan pulang bersama mereka, yaitu Bella, Puteri Rakha.
Suara alarm hp telah berbunyi. Itu pertanda sudah jam 6 pagi. Deon meregangkan badan sambil menguap lebar. Ia raih hp di atas nakas. Hm?, gumam Deon. Ia lihat ada sms masuk dari seseorang. Itu Edgar, batin Deon. Disana tertulis, “Jam 9 pagi di Bandara, saya pulang ke Amerika.“ cukup singkat tapi membuat Deon bimbang bukan main. Ia lirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 6:10.
Deon berpikir sebentar. Hah, Deon malah menghela nafas. Haruskah dirinya juga ikut ke Bandara? Setidaknya untuk mengucapkan terima kasih? Deon pun langsung bersiap-siap. Ia sudah meminta izin kepada atasan kalau hari ini ia ingin libur bekerja, karna ada beberapa urusan keluarga. Hm, sangat tidak mungkin sekali jika Deon berkata ingin ke Bandara untuk menemui seseorang. Bisa-bisa Deon ditegur sekaligus mendapat siraman rohani.
Setelah melalui perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 40 menit. Deon pun tiba di Bandara. Bodoh. Kenapa Deon tidak mengabari Edgar terlebih dahulu? Kalau dirinya berniat ingin kemari? Deon pandangi layar hp yang menampilkan nomor telepon Edgar. Haruskah Deon menelepon Edgar untuk bertanya dimana persisnya dia berada? Uh, Deon malu.
Deon pun melemparkan pandangannya ke seluruh area bandara. Oh tuhan, disini semua orang terlihat seperti semut, banyak sekali. Bagaimana Deon bisa menemukan Edgar? “Coba jalan dulu deh,“ gumam Deon lalu berjalan pelan mencari-cari keberadaan Edgar. Uh, kepala Deon jadi pusing. Hah, Deon pun menghela nafas.
“Uhm?“ gumam Deon saat ia merasa seperti ada seseorang menepuk pundaknya. Ia pun memutar badan. “Mr. Edgar?“ seru Deon. Edgar menatap Deon lurus dengan raut muka datar sedatar jalanan aspal. Dalam hati Edgar senang, Deon datang kemari tanpa diminta. “Kamu hampir aja telat Deon.“ ucap Edgar. Ini sudah hampir jam 9 dan sebentar lagi Edgar akan take off.
Deon tertegun beberapa saat. “Maaf,“ ucap Deon meminta maaf. “Kamu nggak ada yang mau disampein ke saya?“ seru Edgar. Dari bibir serta tatapan Deon, Edgar merasa seperti Deon ingin mengatakan sesuatu pada dirinya. “Terima kasih banyak Mr, udah nolongin saya waktu itu, maaf udah repotin dan—“ ucap Deon langsung dipotong oleh Edgar. “Bulan depan saya kesini lagi. Jadi, tolong kamu ganti rugi bulan depan nanti,“ ucap Edgar tersenyum samar. Bahkan, Deon saja tidak tau kalau Edgar sedang tersenyum.
“Kalau begitu saya berangkat dulu,“ ucap Edgar. Edgar sempat menyentuh pundak Deon beberapa detik. Punggung Edgar itu kokoh sekali, batin Deon. “Mr. Ed..“ gumam Deon mengurungkan niatnya untuk memanggil Edgar. Saat Edgar ingin memasuki area check-in, ia sempat melirik ke samping. Tentu dengan insting kuat yang Edgar miliki, ia merasa Deon menatap dirinya dari belakang.
Bu Guru meminta Ares untuk membantu beliau membawakan buku-buku dari dalam mobil ini ke ruang kantor. Ini adalah buku-buku untuk murid kelas 3 menghadapi ujian akhir semester nanti. Tentu Ares mau membantu dengan senang hati. Ares juga dikenal suka membantu, disuruh apapun dia pasti mau.
“Ibu denger kamu mau nikah, Res?“ seru Bu Guru. “Uhm itu..“ gumam Ares tersipu malu. Duh, kenapa Bu Guru ini harus menyinggung masalah Ares yang ingin menikah? Jujur Ares sama sekali tidak tersinggung, melainkan ia tersipu malu. “Haha,“ Bu Guru tertawa melihat wajah Ares yang sedikit merona.
“Duh, ibu jadi inget waktu masih muda dulu, Res. Hehe,“ ucap Bu Guru. “Calon suami kamu kerja apa, Res? Bukan bos batu bara kan, ya? Hehe,“ tanya Bu Guru sekaligus bercanda. Bukan maksud Bu Guru ingin menyinggung Ares perihal harta, melainkan Bu Guru tidak setuju kalau orang itu benaran adalah bos batu bara. Dengar-dengar bos batu bara itu memiliki banyak istri dan mungkin simpanan? Sebagai guru tentu beliau tidak Ares mendapatkan suami dengan latar belakang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romance[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...