ARES 09

2.4K 218 3
                                    

“Ucapin salam dulu~“ ucap Camilla pada putera Puteri kecilnya. Saat ini ia berada di ambang pintu. Pekerjaan di rumah majikan telah selesai. Kini saatnya Camilla dan kedua anaknya beristirahat.

“Assalamu'alaikum.“ ucap Bayan dan Icha berbarengan. Meskipun mereka hidup sederhana. Badrun dan Camilla tidak lupa untuk selalu mengajarkan ilmu agama pada anak-anaknya. Ia ingin suatu saat kedua anaknya menjadi anak-anak yang soleh solehah.

NGROK NGROK NGROK. Suara dengkuran Ares terdengar. “Ya ampun~“ gumam Camilla melihat Ares tertidur dengan posisi satu tangan ada di perut dan mulut terbuka. Kalau dilihat dari kain serbet yang menggantung di pundak. Sudah pasti Ares baru selesai bersih-bersih.

“Banguninnya hati-hati sayang~“ ucap Camilla pada Bayan dan Icha. Dua adik Ares ini paling usil sekali. Bayan dan Icha tersenyum misterius. Bayan mengambil kemoceng untuk menggelitiki tapak kaki Ares. Sedangkan Icha mengambil serbet dari pundak Ares dan meletakkannya di atas kepala.

Bayan tersenyum jahil sambil menggelitiki tapak kaki Ares. Camilla geleng-geleng kepala melihat tingkah usil sang anak. Selama itu tidak di luar batas, Camilla masih membolehkan hal itu untuk bercanda dan hiburan semata.

Camilla duduk. Ia juga ikut-ikutan cekikikan melihat Ares nampak kegelian meskipun ia masih terlelap. Sesekali Ares mengelap sudut bibirnya yang sedikit basah karena air liur. “MALIIIIIINNNNG.“ suara Ares pun menggema hingga membuatnya otomatis terbangun lalu duduk.

“Inak? Inak kapan pulang?“ tanya Ares sedikit kaget.

“Udah dari tadi kali Ares~ Kamu nya aja yang tidurnya kek orang mati.“ sahut Camilla geleng-geleng kepala.

“Hehehe.“ Ares pun tersenyum garing sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

“Hihihihi.“ terdengar suara dua anak kecil sedang cekikikan. Ares pun langsung menatap keduanya. Tatapan tajam yang bercanda dan lucu. Kedua adik Ares pun langsung kabur ke kamar. Sungguh hiburan tersendiri bagi Ares melihat adik-adiknya tersenyum sesumringah itu.

“Ares..“ seru Camilla.

“Iya inak?“ sahut Ares.

“Kenalin pacar kamu ke inak dong.“

“Hah? Pacar?“

“Iya~ Pacar kamu~“

“Ares nggak punya pacar inak.“

“Trus foto kemaren itu apa kalo bukan pacar? Mana ada orang gak pacaran tapi ciuman? Aneh-aneh aja kamu Ares.“

Ares heran. Mengapa ibunya saat ini terlihat seperti ibu-ibu kompleks yang haus akan berita gosip? Lihatlah ibu Ares semakin mendekat dan memasang telinga baik-baik. “Siapa? Kasih tau inak dong Ares~ Kan inak juga pengen tau.“

“Errrr..“ dag dig dug. Ares seperti ditagih hutang oleh rentenir saja. Keringat menetes dari pelipisnya menandakan kepanikan yang amat sangat. Camilla menatap Ares penuh harap. “Ares mau mandi dulu.“ ucap Ares kemudian. Ia pun tersenyum lima jari dan langsung melesat menuju kamar mandi.

“Itu anak dasar deh..“ protes Camilla.

Di lain tempat Rakha tengah bersiap-siap untuk berangkat dinas. Ugh, Ami sangat terpana. Hingga ia pun membayangkan yang tidak-tidak. Bagaimana kalau nanti Rakha main perempuan disana? Ami mendadak cemberut. Ia cemburu buta.

“Cemberutnya udah dong sayang~“ ucap Rakha lemah lembut. Bibir Ami sedikit bergetar. Rakha tau Ami sedang menahan tangis. Ami memalingkan pandangannya. Ia tidak sanggup memandangi Rakha dengan sekelebat pikiran negatifnya.

“Sayang.. Mas itu dinas.. Kerja.. Bukan buat main cewek. Sayangnya mas itu cuma kamu sama Bella. Hm? Jangan mikir yang nggak-nggak yah? Nanti mas malah nggak fokus lagi.“

Ares [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang