Hampir setiap hari Yudi dan Zada bertengkar. Zada berkali-kali meminta Yudi untuk bisa menerima dan menyambut Irfan dengan baik di keluarga ini. Namun, Yudi menolak mentah-mentah. Bagi Yudi sampai kapanpun Rakha tetaplah menantunya yang terbaik.
Rakha memang bukanlah orang kaya raya. Tapi, dia mampu menghormati seorang wanita. Irfan? Cih! Mendengar namanya saha Yudi jijik sekali. Gara-gara Irfan, masa depan rumah tangga Ami dan Rakha harus hancur. Belum lagi Bella yang nantinya dibesarkan tanpa orang tua lengkap. Bagaimana perasaan Bella ketika besar nanti saat mengetahui kedua orang tuanya telah bercerai?
”Bu, tolong jangan paksa bapak buat nerima Irfan di keluarga ini. Bapak cuma anggap Irfan sebagai seseorang yang bertanggung jawab atas apa yang sudah dia perbuat sama Ami. Nggak lebih.”
”Irfan itu baik, pak. Dia sudah mau bertanggung jawab aja itu sudah cukup mencerminkan kalo dia itu orang baik-baik.”
”Orang baik-baik? Kalo dia orang baik dia nggak bakalan manfaatin Ami dalam kesempitan, bu. Bapak tau, ibu nerima Irfan, karena Irfan itu anak pengusaha kaya raya. Jangan ibu kira bapak nggak tau.”
Di luar beberapa sahabat Ami datang. Mereka berniat ingin menjenguk Ami sekaligus meminta maaf. Ami memang tidak menyalahkan mereka ataupun menuntut permohonan maaf. Namun, perasaan bersalah itu tetap saja ada di hati mereka. Hidup dihantui oleh rasa bersalah, rasanya tidak ada sedikit pun ketenangan di dalamnya.
Di rumah ini pembantu-pembantu lama dipulangkan untuk sementara. Sedangkan untuk bersih-bersih, Yudi sengaja mencari pembantu baru tapi dibayar sistem harian dan dipanggil tiap kali perlu saja. Ini untuk menjaga hubungan baik keluarga besar. Yudi, sebagai kepala rumah keluarga, tidak ingin aib dan masalah keluarganya diketahui oleh orang lain. Termasuk para pembantu yang bekerja di rumah ini.
Satpam di depan meminta nona-nona ini untuk menunggu. Disana ada Belinda, Cheesy, dan Dewi. Mereka tidak lantas langsung dipersilahkan masuk. Mereka harap-harap cemas. ”Maaf, tuan, itu ada tamu untuk Nyonya Ami.” ucap si satpam. Yudi melihat ke arah pintu gerbang. Itu adalah teman-teman Ami saat berlibur di Bali kemarin. Untuk apa mereka kemari?, batin Yudi. Kedua alis Yudi saling bertautan.
Yudi pun menyusul ke depan pintu gerbang. Yudi menatap tiga wanita ini dengan tatapan sinis. Mereka bertiga sama-sama menelan ludah susah payah. ”Permisi om,” seru Belinda menyapa. ”Errr.. Kami mau ketemu Ami om,” ucap Cheesy ragu-ragu. Lebih tepatnya ia sedikit takut.
”Pergi kalian,” ucap Yudi mengusir. Mereka bertiga terkejut melihat reaksi Yudi, ayah Ami. Oh tuhan, semengerikan itu kah ayah Ami kalau sudah marah? Bagaimana ini? Cheesy menyenggol Dewi. Ia memberi kode supaya Dewi berbicara sepatah dua patah kata secepatnya. ”Saya mohon om, izinin kami ketemu sama Ami.” pinta Dewi memohon dengan amat sangat.
”Pergi,” ucap Yudi ketus. Apapun alasan mereka, Yudi tidak mau dengar. ”Satu hal lagi, bilang sama orang tua kalian, kalo saya secara resmi memutus kerja sama, dan menarik investasi saya kembali.” ucap Yudi. Mereka bertiga terkejut bukan main. Bagaimana ini? Jangan sampai pemutusan kerja sama ini menjadi perang dunia ketiga antara mereka dan keluarga.
”Om! Om! Dengerin kita om!” teriak Belinda. Ugh, kalau orang tua Belinda tau, bisa-bisa semua fasilitas yang selama ini ia dapatkan akan dicabut dan yang paling mengerikan lagi, mungkin Belinda akan dinikahkan dengan lelaki yang sama sekali tidak ia cintai.
Yudi masuk ke dalam begitu saja. Ia tidak ingin mendengarkan penjelasan mereka dalam bentuk apapun. Berteman dengan sesama anak kawanan bisnis juga tidak menjamin berakhir dengan baik dan membawa kebaikan pula. Hah, Yudi benar-benar mengutuk mereka sudah mendidik anak mereka sendiri seperti itu, yang kerjaannya cuma bisa menjerumuskan orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ares [BL]
Romantizm[TAMAT] Cerita ini ngambil latar belakang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seumpama cerita ini nggak sesuai dengan ekspektasi kalian-atau kalian nganggep cerita ini jelek, karna banyak typo, nama tokoh ketuker, dan banyak tokoh di mana-mana. Darip...